Bisnis.com, JAKARTA - Permintaan produk kayu yang melonjak seiring tren bekerja dari rumah, mengerek kinerja ekspor furnitur sepanjang tahun ini.
Kementerian Perindustrian mencatat pada Januari-Agustus 2021, ekspor produk furnitur dengan kode HS 9401-9403, telah mencapai US$1,61 miliar, tumbuh 36 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Direktur Hasil Hutan dan Perkebunan Kemenperin Emil Satria mengatakan pertumbuhan itu menunjukkan ketahanan industri furnitur dan kerajinan selama pandemi.
"Proyeksi sampai akhir 2021 diharapkan nilai ekspor produk furnitur dapat mencapai angka US$2 miliar," kata Emil kepada Bisnis, Jumat (8/10/2021).
Dengan estimasi ruupiah Rp14.200 per dolar AS, nilai ekspor US$2 miliar setara dengan Rp28,4 triliun. Sebagai perbandingan, kinerja ekspor furnitur 2020 sebesar US$1,91 miliar, atau meningkat 7,6 persen dari 2019 senilai US$1,77 miliar.
Emil melanjutkan, faktor pendorong pertumbuhan ekspor furnitur yakni adanya reorganisasi signifikan belanja rumah tangga masyarakat akibat pandemi, yaitu peralihan dari hiburan, pariwisata dan transportasi, ke sektor lain seperti produk teknologi dan kebutuhan renovasi rumah.
Baca Juga
Adapun negara tujuan ekspor terbesar furnitur Indonesia antara lain Amerika Serikat, Jepang, Belanda, Belgia, dan Jerman.
"Aktivitas belanja online selama pandemi juga mendukung peningkatan penjualan furnitur, ekspor maupun pasar dalam negeri," imbuhnya.