Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekspor Furnitur Naik 30 Persen, Peran IKM Digenjot

untuk mendorong pengembangan industri kecil menengah di sektor furnitur, salah satu strateginya adalah menerapkan pola kemitraan dengan industri besar atau industri menengah.
Pekerja menyelesaikan tahap produksi mebel kayu jati di Desa Mekar Agung Lebak, Banten. Kerajinan mebel berupa kursi, meja, dan tempat tidur yang berbahan dasar limbah kayu jati dan mahoni dengan harga berkisar Rp13 juta hingga Rp5 juta per unit./Antara-Mansyur S
Pekerja menyelesaikan tahap produksi mebel kayu jati di Desa Mekar Agung Lebak, Banten. Kerajinan mebel berupa kursi, meja, dan tempat tidur yang berbahan dasar limbah kayu jati dan mahoni dengan harga berkisar Rp13 juta hingga Rp5 juta per unit./Antara-Mansyur S

Bisnis.com, JAKARTA – Industri furnitur mencatatkan kenaikan kinerja ekspor sebesar 30,8 persen secara tahunan atau year-on-year pada periode Januari–Agustus 2021.

Plt. Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah dan Aneka Kementerian Perindustrian Reni Yanita mengatakan bahwa capaian itu telah didahului dengan kenaikan ekspor sebesar 12,2 persen menjadi US$2,19 miliar pada 2020.

Adapun, negara utama tujuan ekspor furnitur Indonesia adalah Amerika Serikat, Jepang, Belanda, Belgia, dan Jerman.

“Kinerja ekspor industri furnitur pun tetap memberikan kabar baik, dengan kenaikan sebesar 30,8 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu,” kata Reni dikutip dari keterangan tertulis, Senin (27/9/2021).

Reni menuturkan, untuk mendorong pengembangan industri kecil menengah di sektor furnitur, salah satu strateginya adalah menerapkan pola kemitraan dengan industri besar atau industri menengah.

Langkah itu dilakukan sebagai bagian dalam membangun ekosistem rantai pasok, sehingga dapat meningkatkan efisiensi dalam proses produksi.

“Untuk meningkatkan kemampuan industri kecil dalam memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan oleh industri besar atau industri menengah sebagai offtaker, kami memiliki program pendampingan yang diberikan kepada pelaku industri kecil yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk,” ujarnya.

Selain itu, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) juga memiliki program restrukturisasi mesin dan peralatan produksi. Upaya itu sejalan dengan upaya untuk mendorong para pelaku IKM memanfaatkan teknologi terkini.

Dia menyebut, program restrukturisasi tersebut dilaksanakan dalam bentuk pemberian potongan harga terhadap IKM yang telah membeli mesin dan/atau peralatan dalam jangka waktu tertentu untuk menunjang proses produksi.

Potongan harga yang diberikan, yaitu sebesar 25 persen dari harga pembelian untuk mesin dan/atau peralatan buatan luar negeri (impor), serta sebesar 40 persen dari harga pembelian untuk mesin dan/atau peralatan buatan dalam negeri.

Sebelumnya, Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan Indonesia (HIMKI) menargetkan capaian nilai ekspor senilai US$5 miliar per tahun (Rp71,24 triliun) pada 2024.

Ketua HIMKI Abdul Sobur mengatakan bahwa nilai ekspor tersebut dapat dicapai dengan pertumbuhan berkisar 15–20 persen per tahun.

“Kami ingin membuat pertumbuhan [nilai ekspor hingga] US$5 miliar per tahun di 2024. Ada waktu tiga tahun untuk bersiap dan pertumbuhannya harus 15–20 persen per tahun,” kata Abdul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Reni Lestari
Editor : Lili Sunardi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper