Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia Invesment Authority (INA) menyatakan sedang mendiskusikan potensi pendaurulangan beberapa ruas Jalan Tol Trans Sumatra (JTTS) dengan PT Hutama Karya (Persero). Aksi korporasi tersebut dinilai dapat meringankan beban ekuitas perseroan akibat JTTS.
Deputy CEO INA Arif Budiman mengatakan Hutama Karya akan memiliki empat keuntungan jika mendaurulang beberapa ruas JTTS. Adapun, pendaurulangan aset yang dimaksud dapat berupa penjualan aset, divestasi kepemilikan, maupun subkonsesi.
"Sebetulnya, infrastruktur [JTTS} ini tidak ada yang betul-betul dijual, karena di ujung masa konsesi semuanya akan kembali ke pemilik [,dalam hal ini negara]," katanya dalam National Webinar HK Academy, Kamis (9/9/2021).
Arif berujar salah satu keuntungan yang dapat HK terima dari pendaurulangan aset JTTS adalah peningkatan investasi asing langsung atau FDI. Menurutnya, setiap pendaurulangan aset senilai Rp10 triliun, Hutama Karya dapat meningkatkan FDI sekitar Rp8 triliun.
Saat ini, Budi menyatakan pihaknya sedang melihat beberapa ruas JTTS dengan total nilai aset sekitar Rp50 triliun. Seperti diketahui, total investasi yang tertanam dalam konstruksi JTTS tahap I mencapai Rp152,26 triliun.
Keuntungan kedua, Arif mengatakan Hutama Karya juga dapat mengurangi beban utang perseroan senilai Rp3 triliun setiap pendaurulangan aset JTTS sekitar Rp10 triliun. Selain itu, Hutama Karya juga dapat mengurangi kebutuhan penambahan modal sebesar Rp500 miliar per tahunnya.
Baca Juga
Arif menyampaikan saat ini pihaknya telah menyiapkan paltform investasi jalan tol bersama dengan beberapa sovereign wealth fund (SWF), yakni Caisse de dépôt et placement du Québec (CDPQ) milik Kanada, Algemene Pensioen Groep (APG) milik Belanda, dan Abu Dhabi Investment Authority (ADIA) milik Uni Emirat Arab.
Total kapasitas ekuitas platform tersebut kini mencapai US$3,75 miliar atau setara dengan Rp54 triliun. Arif berujar INA memiliki kepemilikan sekitar 20 persen pada platform tersebut.
Terakhir, Arif menilai pendaurulangan sebagian aset JTTS dapat menigkatkan kemampuan Hutama Karya untuk melanjutkan konstruksi JTTS fase berikutnya dalam jangka panjang. Dalam jangka pendek, pendaurulangan dapat meningkatkan kualitas kredit Hutama Karya ke sektor perbankan.
Namun demikian, Arif mengatakan pendaurulangan tersebut mensyaratkan agar proyek JTTS untuk mendapatkan kredit dari perbankan alias bankable. Sementara itu, saat ini tingkat komersialitas JTTS terbilang minim lantaran angka internal rate of return (IRR) JTTS yang rendah.
Dengan kata lain, ruas JTTS saat ini belum memiliki kriteria yang cukup unutk mendapatkan kredit dari perbankan.
Dalam catatan Bisnis, rata-rata IRR seluruh ruas JTTS hanya mencapai 3,29 persen, sedangkan rata-rata IRR ruas tol yang kini dalam tahap konstruksi hanya mencapai 0,58 persen.
Secara terperinci, IRR ruas yang telah beroperasi adalah Medan—Binjai (6,1 persen), Bakauheni—Terbanggi Besar (6,57 persen), Palembang—Indralaya (-0,6 persen), Terbanggi Besar—Kayu Agung (4,6 persen), Pekanbaru—Dumai (3,84 persen), dan Sigli—Banda Aceh Seksi 3 dan Seksi 4 (-0,77persen).
Secara total, Hutama Karya telah mengoperasikan JTTS sepanjang 531 km dengan total investasi Rp65,06 triliun.