Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom menilai peningkatan kinerja investasi baik secara tahunan maupun kuartalan pada kuartal I/2021 menunjukkan pertumbuhan investasi Indonesia mulai kembali pulih.
Adapun Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat realisasi investasi pada kuartal I/2021 mencapai Rp219,7 triliun, meningkat 4,3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) atau naik 2,3 persen dibandingkan dengan kuartal IV/2020 (quarter-to-quarter/qtq).
Berdasarkan sektor, realisasi investasi terbesar tercatat pada sektor perumahan, kawasan industri, dan perkantoran, industri logam dasar, serta transportasi dan komunikasi.
Sementara secara nominal, nilai investasi baik dari dalam negeri maupun luar negeri tercatat telah mengalami peningkatan, bahkan jika dibandingkan dengan masa sebelum pandemi Covid-19.
VP Economist Bank Permata Josua Pardede memperkirakan kinerja investasi yang positif tersebut akan terus berlanjut sejalan dengan pemulihan ekonomi di tahun ini.
“Sejalan dengan pemulihan ekonomi Indonesia, diperkirakan investasi akan mampu tumbuh positif di tahun 2021,” katanya kepada Bisnis, Senin (26/4/2021).
Baca Juga
Menurutnya, pengesahan UU Cipta Kerja pada akhir 2020 lalu yang diikuti oleh penerbitan peraturan pelaksanaan UU tersebut akan mendorong arus investasi dari dalam dan luar negeri, khususnya pada semester II/2021.
“Dampak dari UU Cipta Kerja lebih berdampak terbatas di tahun ini mengingat masih berlangsungnya proses penyesuaian dari pemerintah, sehingga dampaknya baru terjadi pada semester kedua 2021,” jelasnya.
Untuk mendorong masuknya investasi ke depan, Josua mengatakan bahwa pemerintah perlu memperbaiki beberapa hal, misalnya masih tingginya Incremental Capital Output Ratio (ICOR) dan biaya logistik di Indonesia.
“ICOR dipahami sebagai efisiensi dari investasi yang dilakukan, di mana Indonesia relatif inefisien dibanding negara tetangga, seperti Malaysia, Thailand, dan Vietnam. Dari sisi biaya logistik, pemerintah di jangka panjang perlu lebih fokus pada infrastruktur luar Pulau Jawa, agar dapat menekan biaya logistik,” tuturnya.
Dia menambahkan, pemerintah juga perlu fokus mendorong investasi di sektor industri manufaktur yang berorientasi ekspor dan labor intensive. Hal ini guna mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkualitas.