Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) akan difokuskan untuk menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi tahun 2021.
Program tersebut akan diselenggarakan melalui berbagai percepatan yang salah satunya adalah insentif dalam bentuk pajak, sehingga diharapkan bisa jadi penyangga pertumbuhan ekonomi.
“Untuk menstimulasi masyarakat, pemerintah mendorong sektor otomotif dan sektor properti, yang tentu sangat berpengaruh dalam perdagangan, dengan memberikan fasilitas insentif PPnBM yang sifatnya menurun agar mampu menggairahkan konsumsi,” katanya melalui sambutan virtual yang dikutip dari keterangan pers, Kamis (4/3/2021).
Dari sektor otomotif, sektor yang memiliki 1,5 juta orang pekerja langsung dan 4,5 tenaga kerja tidak langsung ini menyumbang Rp700 triliun pada PDB pada 2019. Ada juga 7.451 pabrik yang menghasilkan produk input untuk industri otomotif.
Dari sektor emas, papar Airlangga, kinerja ekspor dan granule tercatat ada peningkatan menjadi US$5.280 Juta pada tahun 2020. Indonesia sebagai salah satu pemain besar emas dunia yang juga memiliki lokasi tambang emas terbesar di dunia sudah selayaknya mendapatkan leverage dari posisi tersebut.
“Saat ini sedang dikaji pembentukan bullion bank, karena melihat potensi yang kita miliki ini dapat memberikan banyak manfaat seperti menghemat devisa bagi pemerintah, sumber pembiayaan bagi industri, diversifikasi produk bagi bank, dan return bagi masyarakat," jelasnya.
Baca Juga
Pemerintah juga mendorong pengembangan industri hilir untuk meningkatkan produksi dan ekspor produk hilir dimana 19 smelter mineral telah dibangun pada 2020 dan direncanakan terus berkembang hingga 53 smelter dibangun pada tahun 2024.
Terkait dengan kinerja perdagangan Indonesia, Airlangga menyebutkan neraca perdagangan sepanjang tahun 2020 mengalami surplus US$21,74 miliar.
Surplus ini berlanjut di bulan Januari 2021 (US$1,96 miliar) dan meneruskan tren surplus selama 9 bulan berturut-turut. Sepanjang 2020, ekspor dari sektor pertanian dan industri pun dapat tumbuh positif masing-masing sebesar 14 persen dan 2,94 persen.
“Pada saat yang sama kita juga patut bersyukur karena harga komoditas-komoditas, minyak sawit dan pertambangan dalam kontribusi yang baik. Negara-negara tujuan ekspor kita juga masih negara yang selalu menjadi andalan. Hal ini bisa kita lihat bahwa ada potensi sektor ekspor didorong oleh sektor manufaktur,” katanya
Airlangga menjelaskan minyak kelapa sawit dan fraksinya mengalami peningkatan nilai ekspor menjadi US$1,.36 miliar (10,63 persen) selama tahun 2020 dan kokoh berada di puncak klasemen sebagai kontributor utama ekspor Indonesia.
Hal itu menjadikan minyak sawit penopang utama ekspor Indonesia didorong oleh harga CPO yang meningkat pada semester II 2020.
Di sisi lain, Airlangga menuturkan bahwa peran UMKM sangat sentral dalam perekonomian Indonesia. Tercatat 64,2 juta jumlah UMKM yang berkontribusi bagi 61 persen PDB. Peran ini juga menjadi potensi untuk mendorong ekspor.
Kontribusi UMKM terhadap ekspor nasional masih berada di level 15 persen sehingga perlu ditingkatkan. Terbuka potensi untuk ditingkatkan karena sektor ini menyerap banyak tenaga kerja.