Bisnis.com, JAKARTA – Pemutusan hubungan kerja (PHK) yang dialami oleh 1.800 pekerja di Kabupaten Tangerang dinilai merepresentasikan kondisi industri secara keseluruhan.
"Sebagai wilayah sentral untuk industri sepatu berorientasi ekspor di Tanah Air, mau tidak mau PHK yang terjadi di Tangerang, Banten, merepresentasi kondisi industri secara keseluruhan," kata Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Aprisindo) Firman Bakrie kepada Bisnis, Sabtu (7/11/2020).
Dia mengatakan tren tersebut cukup representatif untuk menggambarkan situasi industri di kawasan lain seperti Provinsi Jawa Tengah, Provinsi Jawa Barat, dan Jawa Timur.
Dampak penurunan permintaan di pasar ekspor terhadap produk dari Tanah Air pun diperkirakan sama parahnya terhadap pekerja-pekerja di industri sepatu di daerah-daerah tersebut.
Firman menjelaskan, konsumsi dalam negeri dan luar negeri sebagai tonggak utama industri sedang dalam kondisi rentan akibat keterpurukan yang terjadi akibat pandemi Covid-19.
Kondisinya, kata Firman, baik pasar dalam negeri yang memiliki porsi besar dalam hal kuantitas maupun pasar global dengan nilai lebih tinggi sama-sama terdistraksi.
Baca Juga
Sebagai gambaran, pasar ekspor menguasai 77 persen dari keseluruhan nilai pasar untuk industri sepatu di Tanah Air.
"Jadi, misalnya total nilai ekspor dan domestik secara keseluruhan Rp80 triliun, maka 77 persen dikuasai ekspor," ujar Firman.
Adapun, saat ini produksi dalam negeri industri sepatu berada di kisaran 1 miliar pasang per tahun dan sebanyak 400 juta pasang untuk keperluan ekspor.
Industri sepatu RI masih menargetkan pasar-pasar tradisional seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan beberapa negara di Asia sebagai basis tujuan ekspor.