Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri keramik mengaku bernafas lega seusai penantian atas regulasi penerapan safeguard untuk produk asal India dan Vietnam resmi diteken oleh Menteri Keuangan.
Ketua Umum Asosiasi Aneka Keramik Indonesia (Asaki) Edy Suyanto mengatakan produk impor dari India dan Vietnam selama dua tahun terakhir ini telah membanjiri pasar domestik. Alhasil, meski terlambat dirilisnya Peraturan Menteri Keuangan Nomor 111/PMK/010/2020 tentang pengenaan Bea Masuk Tindakan Pengamanan (BMTP) terhadap Impor Produk Ubin Keramik, tetap dianggap sebagai angin segar.
"Industri Keramik kini bisa bernafas lega, meskipun sedikit terlambat tetapi Asaki mengapresiasi dukungan dari Kemenperin, Kemendag dan Kemenkeu tersebut, karena safeguard menjadi angin segar bagi Industri keramik membantu percepatan industri untuk bangkit kembali pasca gangguan PSBB dan rendahnya daya beli masyarakat saat ini," katanya kepada Bisnis, Jumat (28/8/2020).
Edy mengemukakan meskipun di tengah kondisi pandemi Covid-19 ini angka import semester I/2020 hanya turun 2 persen. Angka ini tentunya mengejutkan dan mengkhawatirkan untuk industri keramik dalam negeri. Terlebih angka impor dari India malah meningkat 13 kali lipat 57 persen secara tahunan.
Menurutnya, ancaman impor dari India dan Vietnam sangat mengganggu langkah pemulihan industri keramik dan memaksa terpangkasnya tingkat utilisasi industri keramik yg memproduksi Homogeneus Tiles atau Granito dengan tingkat utilisasi di bawah 50 persen.
Edy memastikan safeguard untuk India akan terus Asaki pantau efektivitas satu tahun ke depan dengan memperhatikan dua hal. Pertama, gas India turun per 1 april 2020 ke harga 2,5 US$ per MMBTU. Kedua, mulai pertengahan Juni lalu produk India dikenai BMTP Antidumping oleh negara-negara Teluk dan Eropa dengan rerata tambahan bea masuk di atas 60%.
Baca Juga
"Hal itu merupakan ancaman serius terjadi pengalihan penjualan ke Indonesia dalam jumlah massif," ujarnya.