Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perhubungan (Kemenhub) mengaku tidak bisa menaikkan kapasitas maksimal penumpang kereta rel listrik (KRL) kendati animo masyarakat pengguna cukup tinggi.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Zulfikri mengatakan jumlah total penumpang yang menggunakan KRL setiap hari mencapai satu juta orang lebih dalam kondisi normal. Penambahan kapasitas dinilai akan berisiko terhadap keselamatan.
“Kapasitas kita tidak berani meningkatkan. Banyak yang minta tapi sudah diskusi dengan KAI dan pakar risiko, angkutan KRL cukup tinggi karena banyaknya penumpang, strategi yang bisa dilakukan adalah mengatur antrean,” kata Zulfikri dalam diskusi virtual, Jumat (12/6/2020).
Dia menambahkan saat permintaan jauh melebih kapasitas tidak hanya ketersediaan yang ditangani. KRL sudah tidak bisa ditambah kapasitas lagi dari sisi keselamatan.
Pihaknya menilai salah satu upaya yang bisa dilakukan adalah dengan memperpanjang jam operasional. Selain itu, mengatur di stasiun-stasiun yang terbilang padat, seperti Stasiun Bogor.
Zulfikri akan melakukan koordinasi dengan pihak terkait, baik dari sisi operasi maupun melakukan rekayasa penambahan kereta dengan menambah waktu operasi dari sore sampai malam. Selama pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jumlah kereta yang dioperasikan sudah ditambah dari 740 kereta menjadi hampir 940 kereta per hari.
Baca Juga
Di sisi lain, lanjutnya, peralihan dari moda kereta ke bus juga dibantu oleh Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ) agar antrean bisa diminimalisasi.
Sementara itu, VP Corporate Communications PT Kereta Commuter Indonesia Anne Purba dalam keterangannya mengatakan antrean yang terjadi terjadi karena banyak masyarakat yang sudah kembali bekerja, namun tampak tidak ada pengaturan dan pembedaan jam kerja dibandingkan dengan masa sebelum Covid-19.