Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perhubungan hanya bisa menambah kapasitas angkut penumpang KRL Jaboderabek menjadi sebanyak 45 persen untuk mengatasi antrean penumpang supaya tetap bisa menjaga protokol jarak di atas kereta.
Dirjen Perkeretaapian Kemenhub Zulfikri mengatakan antrean penumpang ini sudah diprediksikan sebelumnya karena ketika pelaksanaan masa pembatasan sosial berskala besar (PSBB), kapasitas angkut juga ditekan dengan memenuhi protokol jaga jarak di atas kereta. Pihaknya lebih memilih mempertahankan tingkat kapasitas penumpang dalam KRL karena resiko terbesar penularan Covid-19 berada dalam ruang kereta.
Menurutnya kendati antrean mengular di luar stasiun, tetapi resiko untuk penularan di area terbuka dapat dicegah dengan jaga jarak antrean. Selain itu, jumlah kapasitas yang tidak sesuai dengan tingkat permintaan hanya berada di lintasan Bogor.
“Kami hanya bisa menambah kapasitas penumpang dari semula 35 persen menjadi 45 persen dari semula 60 penumpang simulasi menjadi 74 penumpang. Itu kapasitas sudah maksimum. Kami telah diskusi dengan para pakar bagaimana bisa menambah kapasitas di atas kereta,” jelasnya, Selasa (9/6/2020).
Setelah diskusi tersebut, pada akhirnya, kapasitas penumpang bisa ditambah dengan menambah jalur berdiri penumpang KRL dari semula satu baris menjadi dua baris yang tidak saling berhadapan. Penumpang yang berdiri juga hanya menghadap ke kursi yang kosong dan saling membelakangi.
“Kejadian kemarin ini juga karakteristik fluktuasi penumpang ini setiap hari senin selalu melonjak. Mungkin masyarakat juga berbondong melakukan aktivitas pada pagi hari tidak terbiasa melakukan pergeseran kerja. Dengan tambah 10 persen kami antisipasi itu bisa memenuhi ditambah dengan jam operasi dari jam 04.00 sampai 21.00 nanti,” imbuhnya.
Baca Juga
Pihaknya juga telah mengamati antrean penumpang pada Selasa (9/6/2020). Berdasarkan pemantauannya kapasitas penumpang pada hari ini tidaklah sepadat pada Senin (8/6/2020). Penumpukan telah terurai pada pukul 08.00 WIB.
Dia memperkirakan kondisi ini juga terjadi lantaran adanya pergeseran penumpang yang tak harus beraktivitas pada pagi hari serta adanya potensi perpindahan masyarakat ke moda lain atau kendaraan pribadi.