Bisnis.com, JAKARTA - Masyarakat Perkeretaapian Indonesia (Maska) menilai untuk menambah kapasitas perjalanan KRL Commuter Line Jabodetabek saat ini diperlukan adanya modernisasi persinyalan.
Ketua Maska Hermanto Dwiatmoko mengatakan saat ini penumpukan penumpang tidak dapat dihindarkan pada masa adaptasi menuju kenormalan baru karena masalah pengurangan kapasitas angkut dan headway (jarak antar kereta) yang terbatas.
Menurutnya, untuk menghindari penumpukan jumlah pengguna KRL dapat dilakukan dengan menambah kapasitas dan meningkatkan frekuensi perjalanan KA. Namun, ini tidak mgkin sepenuhnya dilakukan karena keterbatasan sarana KRL yang dapat dioperasikan.
Dia menjelaskan dengan kondisi persinyalan masih teknologi lama, maka kapasitas perjalanan yg dapat dilakukan, sekarang hanya dengan jarak antar KA setiap 4 - 5 menit pada jam sibuk. Jika headway hendak ditingkatkan menjadi 1 - 2 menit harus ada penggantian persinyalan dan memerlukan pendanaan, yang sampai saat ini belum ada.
"Tadinya mau ditangani KAI [Kereta Api Indonesia], tetapi karena kesulitan cash flow program ini belum dapat dilaksanakan. Kami mengusulkan agar program Modernisasi Persinyalan di Jabodetabek ditangani Ditjen Perkeretaapian sebagai pemilik prasarana perkeretaapian," jelasnya, Selasa (9/6/2020).
Dia menggambarkan sebelum pandemi, jumlah penumpang yang dapat diangkut KRL Jabodetabek per hari rata-rata sebanyak 1 juta penumpang dan bahkan pernah mencapai 1,1 juta penumpang.
Baca Juga
Penumpukan kepadatan penumpang juga dikarenakan pembatasan kapasitas angkut, karena masih harus jaga jarak.
Selain itu, sebagian besar kantor dan industri sudah mulai dibuka walaupun belum semuanya sebab untuk sekolah, pusat perbelanjaan, dan pasar belum kembali beraktivitas.