Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Masa Depan Ojol Usai PSBB, Apakah Bisa Angkut Penumpang?

Kemungkinan ojek online dalam mengangkut penumpang kembali mencuat usai PSBB mulai diperlonggar.
Pengemudi ojek online menunggu penumpang di Jakarta, Senin (3/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Pengemudi ojek online menunggu penumpang di Jakarta, Senin (3/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Rasanya tak ada habisnya ojek daring atau online (ojol) menuai kontroversinya sejak mulai ramai dimanfaatkan masyarakat. Terakhir, ojol dilarang di sejumlah wilayah yang diberlakukan pembatasan wilayah berskala besar (PSBB) termasuk Jabodetabek yang baru-baru ini memperpanjang masa PSBB hingga 18 Juni 2020.

Tak bisa berdemo karena kerugian tak bisa angkut penumpang, para pengemudi ojol memilih berbenah. Kehilangan hingga 90 persen pemasukan dari mengangkut penumpang, para pengemudi mencoba berinovasi agar dapat kembali mengangkut penumpang dengan memenuhi standar protokol kesehatan yang cukup ketat guna menghindari penularan virus corona atau Covid-19.

Driver ojol optimistis dapat kembali mengangkut penumpang di fase new normal nanti setelah adanya pengetatan protokol kesehatan seperti penggunaan penyekat plastik hingga penumpang membawa helm sendiri.

Presidium Gabungan Aksi Roda Dua (Garda) Indonesia Igun Wicaksono mengatakan pihaknya sangat optimistis ojol dapat kembali mengangkut penumpang setelah kebijakan PSBB di sejumlah wilayah termasuk Jabodetabek melarang ojol mengangkut penumpang demi mencegah penularan virus Covid-19.

"Kami harus optimistis bisa narik penumpang lagi, karena semua standar protokol kesehatan sudah kami siapkan," jelasnya kepada Bisnis.com, Kamis (4/6/2020).

Maklum saja, pandemi Covid-19 telah memukul semua lini kehidupan dan kegiatan masyarakat Indonesia, termasuk juga pada profesi ojol. Pendapatan pengemudi ojol menurun drastis antara 70 - 90 persen.

Pada Selasa (2/6/2020) lalu, dia menyebut pihaknya telah bertemu dengan Kementerian Perhubungan (Kemenhub) agar ojol dapat kembali mengangkut penumpang di fase new normal ini.

Garda menawarkan opsi penggunaan penyekat plastik yang digunakan oleh pengemudi dan membatasi jarak antara pengemudi dan penumpang ojol. Menurutnya, Kemenhub menilai langkah tersebut inovatif dan bisa menjadi salah satu acuan protokol kesehatan dalam mengendarai sepeda motor dengan membawa penumpang.

Pada awal Maret 2020, Garda telah menerbitkan 'protokol kesehatan' standar bagi para pengemudi dan himbauan agar 'penumpang membawa helm sendiri' sebagai salah satu protokol kesehatan yang diterbitkan oleh Garda. Untuk memasuki fase baru pandemi Covid-19 Garda juga tengah siapkan dan diterapkannya basic hygiene bagi para pengemudi ojol maupun pengguna jasa ojol, sebagai penguatan protokol kesehatan sebagai preventif.

Basic hygiene yang telah kami terapkan bagi para pengemudi ojol merupakan langkah preventif Garda dalam menyambut fase baru pandemi Covid-19 'The New Normal', dimana apabila ojol sudah diperbolehkan membawa penumpang, maka diharapkan penumpang mendapatkan layanan ojol yang bersih dan higienis optimal.

Salah satu bahasan protokol baru yang santer saat menggunakan ojol di new normal nanti yakni diharuskannya penumpang membawa helm sendiri, memakai sarung tangan, memakai baju lengan panjang, memakai masker, membawa tisu basah dan hand sanitizer sementara driver menggunakan masker dan membawa disinfektan mandiri.

Bak gayung bersambut, Grab Indonesia pun mulai menerapkan protokol penyekatan antara penumpang dan pengemudi ojol tersebut. Tak tanggung, bahkan sudah menyiapkan 8.000 paket sekat plastik untuk dibagikan pada driver di seluruh Indonesia.

Ojek online 1
Ojek online 1

Pengemudi ojek online melintas di kawasan Mayestik, Jakarta, Rabu (18/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Regional Head of Operations Grab Russell Cohen mengatakan pemerintah di wilayah Asia Tenggara mulai melonggarkan aksi pembatasan sosial secara bertahap dan memulai kembali aktivitas perekonomian pasca pandemi Covid-19. Akan tetapi, masih ada kekhawatiran akan penyebaran virus gelombang kedua.

Berdasarkan survey terhadap pengguna ride-hailing yang diselenggarakannya di enam negara Asia Tenggara (Indonesia, Singapura, Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam menyatakan bahwa mengenakan masker (77 persen), menyediakan hand sanitizer dalam mobil (71 persen), dan mendisinfeksi permukaan mobil sebelum memulai perjalanan (61 persen) adalah langkah pencegahan terpenting untuk memerangi Covid-19 saat ini.

“Keamanan selalu menjadi fokus utama Grab dan melalui program seperti GrabProtect, kami telah meningkatkan standar kebersihan di industri ride-hailing. Bersama dengan mitra pengemudi, kami akan mendorong perilaku bersih yang lebih baik sebelum perjalanan dimulai,” katanya, Kamis (4/6/2020).

Lebih lanjut, Grab melengkapi kendaraan dengan partisi plastik dan peralatan kebersihan. Pihaknya, akan mendistribusikan lebih dari 250.000 peralatan kebersihan kepada mitra pengemudi di seluruh kawasan Asia Tenggara, dan bekerja sama dengan produsen serta distributor untuk memudahkan para mitra dalam membeli produk kebersihan dengan harga terjangkau.

Sebagai bagian dari program kebersihan GrabProtect di Indonesia, Grab telah membentuk armada GrabCar Protect dan GrabBike Protect yang dilengkapi dengan partisi plastik sebagai pemisah untuk meminimalisir kontak antara penumpang dan mitra pengemudi.

Grab juga akan memasang partisi plastik dan mendistribusikan lebih dari 10.000 peralatan kebersihan yang terdiri dari hand sanitizer, desinfektan kendaraan, masker wajah untuk mitra pengemudi GrabCar Protect selama sebulan mendatang.

"Dalam beberapa pekan kedepan, Grab juga menyiapkan partisi plastik dan menyediakan peralatan kebersihan ini kepada lebih dari 8.000 kendaraan GrabBike," jelasnya.

Selain itu, Grab juga telah mendirikan lebih dari 40 stasiun sanitasi di Indonesia, termasuk 21 stasiun di Jakarta di mana mitra pengemudi dapat membawa kendaraannya untuk disinfeksi.

Di sisi lain, pesaing terdekatnya Gojek Indonesia malah belum menyiapkan partisi plastik macam itu guna memberi jarak dan rasa aman bagi penumpang. Mungkin Gojek lebih realistis juga, jika harus menyediakan partisi plastik, setidaknya perlu pengadaan lebih dari 1 juta partisi, karena drivernya secara total termasuk pengemudi mobil mencapai 2,5 juta mitra pengemudi.

Gojek belum memiliki skema terbaru menghadapi kenormalan baru khusus bagi mitra ojol agar dapat kembali mengangkut penumpang setelah sejumlah wilayah yang menerapkan PSBB melarang pengangkutan penumpang guna mencegah penyebaran Covid-19.

Chief Corporate Affairs Gojek Nila Marita menuturkan baha penyekatan antara pengemudi dan penumpang menggunakan kaca berbahan plastik baru dilakukan di layanan Go-Car atau taksi onlinenya, sementara layanan Go-Ride atau ojolnya belum menerapkan protokol tersebut.

"Saat ini, ribuan armada kami juga telah dilengkapi sekat pembatas antara mitra driver dan penumpang. Jumlah ini akan terus bertambah ke depannya," jelasnya.

Lebih lanjut, terangnya, Gojek masih memperhatikan kebijakan lanjutan dari pemerintah terkait kenormalan baru yang akan diterapkan pasca PSBB di sejumlah daerah berakhir.

"Kami akan senantiasa mendukung upaya pemerintah terkait pelaksanaan new normal dan saat ini tengah berkoordinasi intensif dengan seluruh pihak terkait solusi transportasi yang berkesinambungan dalam protokol kesehatan Covid-19," ujarnya.

Dia menyebut sejak masa awal pandemi Covid-19, Gojek selalu adaptif dengan menyesuaikan layanan untuk dapat selalu menjadi andalan masyarakat dan mitranya di masa pandemi ini. Pihaknya, baru menerapkan partisi plastik di mitra taksi online-nye atau Go-Car.

Ojek Online 2
Ojek Online 2

Pengemudi ojek online menunggu penumpang di Jakarta, Senin (3/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Protokol yang saat ini berjalan yakni mewajibkan mitra driver ojol untuk menggunakan masker, sarung tangan dan hand sanitizer sebagai syarat untuk menjalankan order, sesuai dengan peraturan pemerintah.

Dari berbagai protokol dan edukasi kesehatan yang telah Gojek lakukan melalui berbagai jalur, mitra driver memiliki tingkat kesadaran yang tinggi atas standar dan protokol kesehatan untuk memastikan keamanan diri mereka dan layanan yang mereka jalani.

Gojek jelasnya, mendirikan 130 Posko Aman Bersama Gojek di 16 kota. Posko ini menyediakan 3 layanan bagi seluruh mitra driver pengecekan suhu tubuh, pembagian healthy kit (masker dan hand sanitizer) dan penyemprotan disinfektan baik ke motor ataupun mobil yang dipergunakan oleh mitra.

"Kami menambah fitur informasi kesehatan mitra di aplikasi Gojek. Pelanggan dapat mengetahui suhu tubuh mitra driver dan status disinfeksi kendaraan mitra driver melalui aplikasi Gojek," paparnya.

Fitur ini tidak hanya membantu para pengguna layanan Gojek untuk merasa aman dan memastikan layanan mereka memenuhi standar kesehatan dan higienis, tetapi juga membantu para mitra driver Gojek untuk bisa bekerja dengan tenang. Nila mengklaim Gojek merupakan layanan on-demand pertama di Indonesia yang meluncurkan fitur ini.

Adapun Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan (Kemenhub) Budi Setiyadi menuturkan pihaknya belum memiliki protokol khusus bagi ojol agar dapat kembali mengangkut penumpang di masa new normal nanti.

Namun, pihaknya tengah menyiapkan skema dan protokol khusus yang dapat digunakan ojol dan opang agar dapat kembali mencari nafkah secara penuh dari aktivitas mengangkut penumpang, mengantar barang serta mengantar makanan. Sempat muncul isu di fase new normal nanti kebijakan ojol dapat mengangkut penumpang dikembalikan ke pemerintah daerah masing-masing, tetapi Budi menampik isu tersebut.

"Belum [ada keputusan], saya presentasi dahulu [opsi-opsi skemanya] ke Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi," imbuhnya.

Skeptis, Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat Djoko Setijowarno mengatakan usulan memberikan sekat antara driver dan penumpang pada ojol masih sangat rapuh.

"Sebetulnya pada saat kenormalan baru, physicall distancing atau jaga jarak tetap harus ditegakkan. Jika kemudian ojek daring boleh beroperasi, bagi yang biasa memakai ojek daring, meski membawa helm sendiri tetaplah berisiko terkena penularan Covid-19," paparnya.

Menurutnya, sekat yang dirancang perlu fatwa dari ahli kesehatan dan Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19. Sekat tersebut harus disiapkan spesifikasi teknis dan kajiannya, sehingga harus ada standar minimal yang terpenuhi seperti Standar Nasional Indonesia (SNI).

Djoko menegaskan perlu diukur pula, apakah membahayakan atau tidak, karena adanya wind resistance (menghalangi arus angin) dari alat tersebut. Dia menegaskan perlu dilakukan uji coba terlebih dahulu.

"Terlebih digunakan untuk mengangkut penumpang harus benar-benar memperhatikan faktor keselamatan dan keamanan penumpang dan driver," katanya.

Dia malah menilai, new normal menjadi waktu yang tepat bagi pemerintah untuk menata atau merancang kembali angkutan alternatif yang bisa untuk menggantikan peran ojek.

"Dalam hal moda angkutan tersebut mampu menyediakan ruang atau jarak antara pengemudi dan penumpangnya. Bahkan sangat memungkinkan dipasang sekat pemisah secara permanen, sehingga masing-masing pihak dapat merasa terjaga kesehatannya," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper