Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan harga gas industri belum berdampak besar pada kinerja industri tahun depan.
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan proyeksi Kemenperin memperhitungkan dampak penurunan harga gas dengan konservatif karena besaran penurunan dinilai belum optimal.
Pemerintah sampai saat ini baru merealisasikan penurunan harga gas untuk BUMN dan beberapa perusahaan swasta yang bergerak di sektor industri pupuk, baja, dan petrokimia.
“Optimalisasi harga gas masih terbatas, tidak maksimal, tidak optimal. Prognosa ini membuat kisaran dengan persyaratan-persyaratan yang harus ada. Jika persyaratan seperti harga gas bisa dicapai bisa tumbuh lebih tinggi, tetapi jika belum diberikan jadi lebih rendah,” kata Menperin, Kamis (22/12/2016).
Kementerian Perindustrian menargetkan industri manufaktur tumbuh pada kisaran 5,2%—5,4% pada 2017 atau lebih tinggi dari target pertumbuhan ekonomi yang ditetapkan sebesar 5,1% pada APBN 2017.
Industri pengolahan non-migas diperkirakakan tumbuh pada kisaran 4,67%—5% pada 2016, di bawah proyeksi pertumbuhan ekonomi pada kisaran 5%—5,3%. Realisasi pertumbuhan industri manufaktur pada sembilan bulan pertama tahun ini baru 4,56% dari, sedangkan ekonomi Indonesia tumbuh 5,04% pada periode yang sama.