Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian akan memfasilitas sejumlah pelaku Industri Kecil Menengah yang bergerak di sektor mainan untuk mendapatkan bantuan dalam hal penerbitan sertifikasi SNI menjelang diterapkannya SNI Wajib Mainan Anak pada 30 April.
Dirjen Industri Kecil dan Menengah Kemenperin Euis Saedah mengatakan pada tahun ini pihaknya telah menyiapkan anggaran sebesar Rp5,4 triliun untuk meningkatkan mutu dan standar para pelaku IKM, termasuk di dalamnya untuk bantuan SNI Wajib.
“Kami siap untuk membantu para pelaku IKM sebab banyak diantara mereka yang belum mampu dan belum siap. Paling banyak bantuan untuk wilayah Jawa Bali sekitar 20 pelaku usaha, wilayah Sumatera 10 IKM, dan wilayah 3 untuk 5 IKM,” ujarnya ditemui Bisnis, Jumat (4/4/2014).
Diakui olehnya jumlah tersebut terbilang masih minim dibandingkan dengan total seluruh IKM yang bergerak di sektor mainan anak sebesar 400 an. Namun, setidaknya IKM yang dipilih ini cukup mewakili. “Daripada tidak sama sekali, kita harus memulainya. Secara alamiah berangsur-angsur pelaku usaha yang lain juga akan mengikuti,” tututnya.
Dalam hal pengawasan di lapangan, pihak pemerintah nantinya akan memberikan masa transisi untuk melakukan pembinaan kepada para pelaku IKM. Sebab, dia pun mengakui belum semua pelaku IKM mengetahui mengenai sosialiasi penerapan SNI wajib tersebut.
“Transisional pasti terjadi karena pasar masih sangat luas. Kami juga akan terus membantu sehingga mereka tidak terlalu merasa terbebani dengan biayanya,” ujar Euis.
Sementara itu, Neneng Tursinih, salah seorang pelaku usaha pembuat rumah Barbie menuturkan pihaknya belum mengetahui adanya penerapan SNi Wajib Mainan Anak. Jika pun diwajibkan, dia berharap adanya bantuan dan insentif dari pemerintah sehingga tidak terlalu membebani biaya produksinya.
“Kami harap ada bantuan pemerintah baik dalam bentuk pembinaan atau bantuan dan subsidi dari pemerintah untuk memperoleh sertifikasi,” tuturnya.
Dengan adanya pengujian dan standardisasi dari pemerintah Indonesia, dia berharap produknya dapat semakin berkembang tidak hanya di dalam negeri tetapi juga hingga ke pasra luar negari.
Sebab, sambungnya, produk berupa mainan rumah Barbie sangat diminati oleh pasar luar negeri, hanya saja selama ini pihaknya masih terkendala dalam hal mutu dan pemasaran. “Mudah-mudahan pemerintah juga bisa membantu kami untuk lebih mengembangkan usaha ini,” ujarnya.