BISNIS.COM, JAKARTA-- Pesawat Boeing 787 Dreamliner sukses uji coba terbang perdana selama 2 jam di langit Amerika Serikat , setelah 2 bulan di-grounded karena peristiwa percikan api di Jepang.
Pesawat Boeing 787 Dreamliner terbang perdana untuk uji coba ini dilakukan Senin waktu Amerika Serikat selama 2 jam 9 menit setelah take off pada pukul 12.11 waktu setempat dari Paine Field Everett Washington. Turut serta dalam penerbangan enam orang kru.
Juru Bicara Boeing Co, Marc Birtel mengatakan penerbangan perdana uji coba pasca di-grounded berjalan sukses. Namun dia tak menyebutkan kapan penerbangan selanjutnya.
"Jika Federal Aviation Administration (FAA) , otoritas penerbangan sipil Amerika Serikat, menyetujui perubahan baterai di Boeing 787, perusahaan akan mengirimkan baterai baru itu kepada pelanggannya. Pertama kali diberikan kepada All Nippon Airways Co. dan Japan Airlines Co," kata Birtel seperti dikutip Bloomberg, Selasa (26/3/2013).
Birtel menambahkan setelah penerbangan uji coba pada 25 Maret 2013, Boeing akan meminta sertifikat penerbangan demonstrasi. Sebelumnya, pada 15 Maret 2013, Federal Aviation Administration (FAA) Amerika Serikat menyetujui permohonan Boeing untuk melakukan uji terbang dan menguji baterai baru.
National Transportation Safety Board Amerika Serikat mulai memeriksa kondisi baterai pesawat Dreamliner setelah terjadinya percikan api di pesawat jenis ini yang dioperasikan Japan Airlines. Pesawat tengah diparkir di Bandara Boston pada 7 Januari 2013.
Seminggu kemudian, keluar asap di baterai pesawat Dreamliner All Nippon Airways (ANA) ketika tengah terbang di Jepang sehingga maskapai ini melakukan pendaratan darurat. Peristiwa ini memicu semua Dreamliner di dunia dilarang terbang atau digrounded oleh FAA untuk pengujian sistem baterai.
Boeing mematok harga satu unit pesawat Dreamliner, atau super jumbo ini senilai US$207 juta. Di Indonesia, baru maskapai Lion Air yang memesan lima unit.
Maskapai Lion Air telah melakukan kontrak pembelian lima unit Boeing 787 Dreamliner dari pabrikan asal AS ini senilai total US$967,5 juta, dan baru akan tiba pada 2014 secara bertahap.
Direktur Umum Lion Air Edward Sirait mengatakan keputusan untuk membeli lima unit Boeing 787 Dreamliner langsung dari pabrikan belum ada perubahan hingga sejauh ini.
“Kami masih pada klausul kontrak pembelian dengan Boeing Company, dan dijadwalkan kelima pesawat Boeing 787 dikirim pada 2015. Jika sudah waktunya pengiriman, ternyata pesawat Dreamliner masih bermasalah, baru nanti akan diambil langkah selanjutnya,” kata Edward.
Edward menambahkan perusahaannya telah melakukan pembayaran uang muka untuk kelima pesawat tersebut, sehingga tidak bisa langsung membatalkan pembelian kelima pesawat B787 tersebut.
“Pembayaran uang muka sebagai tanda jadi pembelian pesawat itu rata-rata 5%-20% dari harga pesawat,tergantung profil perusahaan yang beli, apakah sudah banyak pesawat yang diterbangkan dengan penumpang yang banyak juga, ini terkait dengan kemampuan bayarnya,” kata Edward.