Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pengusaha Waswas Biaya Logistik Melonjak Imbas Konflik Iran vs Israel

ALFI Institute mengungkapkan risiko lonjakan biaya logistik global seiring dengan adanya perang Iran vs Israel.
Truk kontainer melintas di antara tumpukan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (3/6/2025). Bisnis/Arief Hermawan P
Truk kontainer melintas di antara tumpukan peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, Selasa (3/6/2025). Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA — Institut Asosiasi Logistik dan Forwarder Indonesia (ALFI Institute) mengungkapkan risiko lonjakan biaya logistik global seiring dengan adanya perang Iran vs Israel yang membuat konflik di Timur Tengah kian memanas.

Ketua ALFI Institute Yukki Nugrahawan Hanafi mengatakan, salah satu skenario yang menjadi perhatian adalah kemungkinan blokade Selat Hormuz, jalur strategis pengiriman minyak dan gas dari Timur Tengah menuju kawasan Asia Pasifik.

Alhasil, pelaku usaha sektor transportasi dan logistik kini tengah mencermati secara serius eskalasi konflik tersebut, khususnya jika Selat Hormuz tidak lagi dapat diakses secara bebas. Jalur ini disebut sebagai urat nadi distribusi energi global.

“Saat ini para pelaku usaha logistik rantai pasok internasional dan nasional telah melakukan kalkulasi risiko melewati wilayah perairan yang berdekatan dengan Selat Hormuz,” ujar Yukki dalam keterangannya, dikutip Kamis (19/6/2025).

Lebih lanjut dia mengatakan, dengan mitigasi risiko tersebut, akses dan ketersediaan logistik yang melewati perairan tersebut dapat berkurang sehingga mengganggu rantai pasok global.

Sebagai catatan, Selat Hormuz memegang peranan vital dalam perdagangan energi dunia. Berdasarkan data International Energy Agency (IEA), sekitar 20 juta barel minyak mentah melintasi jalur ini setiap hari, atau setara 30% dari total volume perdagangan global. Selain itu, 20% perdagangan gas alam cair (LNG) dunia juga bergantung pada jalur ini.

Yukki menambahkan, potensi gangguan di Selat Hormuz dapat memicu lonjakan harga energi. Hal ini akan berdampak langsung pada meningkatnya biaya logistik secara keseluruhan, yang pada akhirnya menekan efektivitas kegiatan ekspor-impor dan daya saing produk nasional.

Kekhawatiran kian meningkat karena potensi respons berantai di kawasan lain, termasuk Laut Merah, yang dapat memperburuk disrupsi perdagangan global.

Artinya, jika blokade Selat Hormuz dilakukan sebagai retaliasi Iran terhadap Israel, kenaikan harga biaya logistik nantinya tidak hanya didorong oleh perubahan jalur perdagangan, namun juga kenaikan cost of operations akibat dari kenaikan harga komoditas energi, khususnya minyak mentah. 

"Di tengah perlambatan permintaan perekonomian global akibat perang tarif sepanjang tahun 2025 ini, kenaikan biaya logistik akan memberi tekanan tambahan bagi pelaku usaha ekspor-impor,” jelas Yukki.

Dia pun mengingatkan, jika berkaca dari konflik di Laut Merah pada akhir 2023 hingga awal 2024 menunjukkan bagaimana ketegangan geopolitik dapat memicu lonjakan biaya angkut dan memperpanjang waktu transit.

Menurutnya, para pelaku usaha nasional perlu waspada dan antisipatif terhadap kenaikan ongkos logistik, khususnya melihat jika eskalasi Perang Israel-Iran berlangsung lebih lama dan spill-over pada jalur perdagangan utama lainnya, seperti Laut Merah. 

"Selain itu, rantai pasok kebutuhan nasional juga dipastikan dapat terganggu akibat penyesuaian yang dilakukan pelaku usaha akibat hambatan logistik,” pungkas Yukki.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rizqi Rajendra
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper