Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mendag Bongkar Biang Kerok Banyak Ritel Berguguran di RI

Kemendag mengungkap penyebab banyaknya ritel yang berguguran di Indonesia, terbaru ada Lulu Hypermarket hingga GS Supermarket.
Lulu Hypermart, Cakung, Jakarta Timur, Rabu (2/4/2025). / BISNIS - Ni Luh Anggela
Lulu Hypermart, Cakung, Jakarta Timur, Rabu (2/4/2025). / BISNIS - Ni Luh Anggela

Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Perdagangan (Kemendag) mengungkap penyebab banyaknya ritel yang berguguran di Indonesia. Terbaru, Lulu Hypermarket hingga GS Supermarket memutuskan untuk menutup gerainya di Tanah Air.

Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengaku banyak pihak yang mempertanyakan alasan sebenarnya di balik banyaknya ritel yang tumbang.

“Ada yang bertanya kenapa banyak ritel modern banyak tutup, bahkan ada beberapa yang tutup,” kata Budi di Kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Rabu (4/6/2025).

Berdasarkan diskusi yang dilakukan Kemendag bersama Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI), terungkap bahwa ritel modern tidak menyediakan pengalaman baru untuk pelanggan, seperti tempat makan di dalam pusat perbelanjaan ritel. Hal ini membuat gerai ritel semakin sepi pengunjung.

“Kalau kami diskusi dengan APPBI, itu ternyata kalau ritel modern itu hanya jualan ya, tidak ada experience di sana, tidak ada journey di sana. Ya dia pasti akan kalah dengan UMKM,” ujarnya.

Selain itu, Budi mengungkap bergugurannya ritel di Indonesia juga lantaran adanya pergeseran pola belanja masyarakat yang sudah berubah.

Misalnya saja, ujar dia, masyarakat mulanya membelanjakan uang dengan volume besar untuk memenuhi kebutuhan hingga satu bulan. Namun seiring berjalannya waktu, kondisi pola belanja ini mulai berubah.

“Sekarang itu belanjanya kadang untuk kebutuhan sehari dua hari. Akhirnya apa? Akhirnya belanja yang terdekat saja, ritel-ritel yang terdekat saja,” tuturnya.

Budi juga menuturkan bahwa pusat perbelanjaan atau mal hanya didesain sekadar tempat belanja tanpa menciptakan pengalaman lain untuk pelanggan

“Tidak ada tempat misalnya untuk makan untuk nongkrong, untuk ngumpul, ya akan sepi pengunjung,” ujarnya.

Kendati demikian, menurut Budi, dengan adanya perubahan pola belanja ini membuat peritel harus mengikuti tren zaman, termasuk berjualan untuk UMKM.

Bahkan, dia menyebut perubahan pola belanja ini menjadi kesempatan untuk mendominasi pasar di dalam negeri. Dalam hal ini, produk-produk UMKM di dalam negeri ini bisa menguasai pasar di dalam negeri.

Di sisi lain, Budi juga mengungkap bahwa kini sebanyak 37,7% UMKM sudah mulai memindahkan penjualannya ke platform e-commerce, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS).

Adapun, sebanyak 33,3% atau sekitar 65 juta dari jumlah penduduk Indonesia yang produktif sudah mulai berbelanja di platform e-commerce.

Untuk itu, Kemendag akan terus berkolaborasi dengan instrumen pemasaran untuk membangun ekosistem penjualan, baik di dalam negeri maupun di luar negeri, termasuk untuk UMKM.

Namun, Budi menjelaskan produk UMKM juga harus memenuhi syarat dengan menjual produk yang berkualitas dan memiliki daya saing. Dengan begitu, produk dalam negeri tidak akan kalah saing dengan produk asing.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Rika Anggraeni
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper