Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Luhut soal Dampak Tarif Trump ke RI: Tak Perlu Khawatir Berlebihan

Ketua DEN Luhut Pandjaitan mengatakan Indonesia tidak perlu khawatir berlebihan dalam menghadapi kebijakan tarif resiprokal Presiden AS Donald Trump.
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan di acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia, Selasa (8/4/2025)/Bisnis-Maria Y Benyamin.
Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Binsar Pandjaitan di acara Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia, Selasa (8/4/2025)/Bisnis-Maria Y Benyamin.

Bisnis.com, JAKARTA – Ketua Dewan Ekonomi Nasional (DEN) Luhut Pandjaitan, menyatakan bahwa dampak dari kebijakan tarif resiprokal yang diterapkan oleh Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump terhadap Indonesia relatif kecil. 

Dia menyebut bahwa DEN telah melakukan simulasi terhadap potensi pengaruh kebijakan tarif Trump tersebut terhadap perekonomian nasional dan menemukan bahwa meskipun ada tekanan, tapi dampaknya tidak signifikan.

Hal ini disampaikan Luhut pada agenda Sarasehan Ekonomi Bersama Presiden Republik Indonesia dan di depan jajaran investor, ekonom, hingga pelaku usaha lintas sektor di Ruang Assembly Hall, Lantai 9. Menara Mandiri Sudirman, Jl. Jenderal Sudirman No. 54-55, Senayan, Jakarta Selatan, Selasa (8/4/2025). 

"Tadi sudah dijelaskan Menko Perekonomian dan volume perdagangan dunia akibat tarif resiprokal dari AS dan retaliasi dari beberapa negara lain seperti China dan Jepang, Uni Eropa," kata Luhut dalam forum itu. 

Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa karena kontribusi ekspor Indonesia terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) hanya sekitar 23,8%, dan ekspor ke Amerika Serikat hanya mencakup 10% dari total ekspor nasional, maka risiko terhadap ekonomi Indonesia tetap terkendali. 

"Dampak terhadap PDB Indonesia akibat tarif resiprokal AS juga diperkirakan akan terbatas. Kami melakukan simulasi-simulasi yang sangat intensif selama lebaran ini. Kami melihat bahwa porsi ekspor Indonesia terhadap PDB relatif rendah sekitar 23,8% dan porsi ekspor ke AS juga hanya 10% dari total ekspor Indonesia," ujarnya.

Luhut kemudian menyampaikan pesan kepada Presiden Prabowo Subianto bahwa tidak perlu ada kekhawatiran berlebihan dalam menyikapi situasi ini.

Meski begitu, dia pun mengingatkan bahwa Indonesia telah menghadapi berbagai tantangan besar sebelumnya, seperti pandemi Covid-19, dan mampu mengatasinya dengan soliditas nasional.

“Kita punya data dan potensi yang kuat bahwa kita mampu memitigasi masalah ini,” pungkas Luhut.

Untuk diketahui, Presiden Donald Trump resmi menetapkan bahwa semua mitra dagang AS akan dikenakan tarif setidaknya 10%, sedangkan negara-negara yang dianggap memiliki hambatan tinggi terhadap barang-barang AS akan menghadapi tarif lebih besar.

Alasannya, seperti yang disampaikan dalam banyak pidatonya, Trump ingin mewujudkan anggaran berimbang (balance budget) alias defisit APBN nol persen terhadap produk domestik bruto dalam masa pemerintahannya.

“Ini adalah deklarasi kemerdekaan kita,” kata Trump di Rose Garden, Gedung Putih dilansir dari Reuters.

Produk-produk Indonesia sendiri dikenai tarif bea masuk sebesar 32%. Padahal, sebelumnya hanya 10%—bahkan beberapa barang konsumsi sepenuhnya bebas bea masuk karena Indonesia menikmati fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) yang diberikan oleh pemerintah AS kepada negara-negara berkembang.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Akbar Evandio
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper