Bisnis.com, JAKARTA – Indonesia bakal melakukan diversifikasi pasar usai adanya kebijakan tarif timbal balik atau tarif resiprokal yang diberlakukan oleh Presiden Donald Trump kepada seluruh mitra dagang Amerika Serikat (AS).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia berpeluang membuka pasar di 83% perdagangan global. Untuk mewujudkannya, pemerintah akan memanfaatkan pasar dan investasi dari berbagai forum kerja sama internasional.
Selain itu, juga tengah mempercepat perundingan sejumlah perjanjian dagang, salah satunya Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership Agreement (IEU-CEPA).
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyampaikan, Presiden Prabowo Subianto telah mengarahkan agar IEU-CEPA memuat 31 isu, termasuk masalah transparansi perdagangan.
“Dengan regulasi yang akan Bapak Presiden umumkan, itu akan selesai,” kata Airlangga dalam Silaturahmi Ekonomi Bersama Presiden RI di Menara Mandiri, Jakarta, Selasa (8/4/2025).
Airlangga menuturkan, IEU-CEPA akan membuka akses pasar Uni Eropa senilai US$16,6 triliun.
Baca Juga
Indonesia juga tengah mempercepat perundingan Indonesia-Eurasia Economic Union CEPA (I-EAEU CEPA). Dalam paparan yang disampaikan Airlangga, perjanjian dagang ini akan membuka akses pasar Rusia senilai US$2,5 triliun.
“Eurasia dengan Rusia, tanggal 14 Deputy Prime Minister akan datang dan mudah-mudahan ini bisa segera kita akselerasi sehingga pasar Rusia pun akan terbuka,” tuturnya.
Lebih lanjut, mantan Ketua Umum Partai Golkar itu menuturkan bahwa Indonesia juga memanfaatkan potensi pasar dari berbagai forum kerja sama internasional yang sudah ada, di antaranya perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership/CP-TPP), Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (Organisation for Economic Co-operation and Development/OECD) dan BRICS+.
Khusus untuk CP-TPP, Airlangga menyebut bahwa Indonesia sudah melakukan proses aksesi sehingga langkah ini diharapkan dapat menjadi alternatif balancing pasar.
Selain itu, Indonesia juga memanfaatkan forum lainnya seperti G20, Kerangka Ekonomi Indo-Pasifik (Indo-Pacific Economic Framework/IPEF), Asean, dan Gulf Cooperation Council (GCC).
“Dengan demikian kita sudah punya aliansi berbagai negara secara multilateral,” pungkasnya.
Untuk diketahui, Presiden Donald Trump resmi menetapkan bahwa semua mitra dagang AS akan dikenakan tarif setidaknya 10%, sedangkan negara-negara yang dianggap memiliki hambatan tinggi terhadap barang-barang AS akan menghadapi tarif lebih besar.
Alasannya, seperti yang disampaikan dalam banyak pidatonya, Trump ingin mewujudkan anggaran berimbang (balance budget) alias defisit APBN nol persen terhadap produk domestik bruto dalam masa pemerintahannya.
“Ini adalah deklarasi kemerdekaan kita,” kata Trump di Rose Garden, Gedung Putih dilansir dari Reuters.
Produk-produk Indonesia sendiri dikenai tarif bea masuk sebesar 32%. Padahal, sebelumnya hanya 10%—bahkan beberapa barang konsumsi sepenuhnya bebas bea masuk karena Indonesia menikmati fasilitas Generalized System of Preferences (GSP) yang diberikan oleh pemerintah AS kepada negara-negara berkembang.
Berikut daftar 10 potensi pasar ekspor yang dibidik Indonesia:
1. Indonesia-European Union Comprehensive Economic Partnership (IEU-CEPA)
2. Indonesia-Eurasia Economic Union CEPA (I-EAEU CEPA)
3. Brasil, Rusia, India, China, South Africa+ (BRICS+)
4. Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP)
5. Gulf Cooperation Council (GCC)
6. Association of South East Asia Nations (Asean)
7. Group of 20 (G20)
8. Indo-Pacific Economic Framework (IPEF)
9. Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)
10. The Comprehensive and Progressive Agreement for Trans-Pacific Partnership (CPTPP)