Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kisah Bos Calypte Holding Rambah Bisnis Aviasi: Royal Jeumpa Airlines hingga Indonesia Airlines

CEO dan Ketua Eksekutif Calypte Holding Pte. Ltd Iskandar pernah berencana mendirikan maskapai Royal Jeumpa Airlines sebelum Indonesia Airlines
Artha Adventy & Mutiara Nabila - Bisnis.com
Selasa, 11 Maret 2025 | 18:16
Ilustrasi - Pesawat terbang. ANTARA/Anadolu/pri
Ilustrasi - Pesawat terbang. ANTARA/Anadolu/pri

Bisnis.com, JAKARTA - Bisnis operator penerbangan komersial Indonesia akan semakin ramai dengan keberadaan Indonsia Airlines yang merupakan sebuah maskapai baru dari perusahaan Singapura. 

Indonesia Airlines merupakan maskapai penerbangan milik Calypte Holding Pte. Ltd., perusahaan pengembang Energi Terbarukan, Penerbangan, dan Pertanian yang berkantor pusat di Singapura.

Perusahaan tersebut meresmikan Indonesia Airlines Group pada 7 Maret 2025 dengan mendaftarkan melalui notaris. Nantinya maskapai ini akan berbasis di Bandara Udara Internasional Soekarno-Hatta Tangerang, Banten.

Mengutip laman resmi Calypte, sosok di balik berdirinya Indonesia Airlines ialah Iskandar yang disebut sebagai "The Founder". Saat ini dirinya tercatat menduduki jabatan sebagai CEO dan Ketua Eksekutif Calypte Holding Pte. Ltd.

Dilansir dari unggahan akun LinkedIn Calypte, Iskandar mengumbar akan menjalankan bisnis aviasi mulai dari Royal Jeumpa Airlines (RJA) hingga PT Indonesia Airlines Group (INA). 

Pria kelahiran Aceh tersebut pernah menyebutkan maskapai Royal Jeumpa Airline akan melayani penerbangan ke 35 kota domestik dan beberapa destinasi internasional, termasuk Australia, Amerika Serikat, dan Eropa.

Rute terpanjang yang direncanakan adalah Jakarta–Los Angeles. Pada tahun pertama operasionalnya, RJA akan menggunakan lima unit pesawat jenis Airbus.  

Namun, tak ada kabar lanjutan mengenai rencana bisnis RJA, Iskandar kembali membeberkan rencana bisnis dengan mengumumkan Calypte Holding Pte. Ltd telah mendirikan dan mendaftarkan anak usahanya PT Indonesia Airlines Group (INA) kepada notaris, 7 Maret lalu. 

Sekali lagi, Iskandar menyebutkan INA akan berbasis di Bandara Internasional Soekarno - Hatta dan melayani rute internasional. INA juga akan mengoperasikan setidaknya 20 unit pesawat di tahap awal operasional. 

Menurut keterangan resminya, Iskandar mengklaim Indonesia Airlines sebagai maskapai penerbangan komersial berjadwal dengan layanan premium. Dia menyebut, Indonesia Airlines menggabungkan kemewahan perjalanan jet pribadi dengan kenyamanan penerbangan komersial.

Bisnis mencoba mengonfirmasi izin operasional maskapai ini ke Kementerian Perhubungan. Namun, Plt. Direktur Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan Lukman F. Laisa mengungkapkan pihaknya belum menerima pengajuan perizinan maupun permohonan terkait pendirian dan operasional dari INA.

“Sehubungan dengan beredarnya informasi di media massa dan media sosial mengenai adanya maskapai baru bernama Indonesia Airlines, dapat disampaikan bahwa hingga saat ini, Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan belum menerima pengajuan perizinan ataupun permohonan terkait pendirian dan operasional perusahaan angkutan udara niaga berjadwal tersebut,” kata Lukman saat dikonfirmasi, Senin (10/3/2025).

Lukman menjelaskan jika maskapai atau badan usaha yang ingin menjalankan kegiatan angkutan udara niaga berjadwal di Indonesia wajib memiliki Sertifikat Standar Angkutan Udara Niaga Berjadwal dan Sertifikat Operator Pesawat Udara atau AOC yang diterbitkan Dirjen Perhubungan Udara dan memenuhi seluruh persyaratan administrasi, teknis dan operasional yang ditetapkan. 

Hal tersebut sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 35 Tahun 2021 tentang Penyelenggaraan Angkutan Udara serta PM 33 tahun 2022 tentang Peraturan Keselamatan Penerbangan Sipil Bagian 119 tentang Sertifikasi Pengoperasian Pesawat Udara untuk Kegiatan Angkutan Udara.

Profil Iskandar, Bos Indonesia Airlines

Iskandar merupakan pengusaha asal Indonesia yang lahir di Bireuen, Aceh, pada 7 April 1983. Ia menempuh pendidikan tinggi di Universitas Syiah Kuala (USK) Banda Aceh.

Sebelum mendirikan usahanya sendiri, Iskandar bekerja di Badan Rehabilitasi dan Rekonstruksi (BRR) Aceh-Nias, kemudian melanjutkan karier di PLN pada 2006 hingga 2009. Setelah itu, ia beralih ke dunia perbankan dan asuransi, di mana ia bertemu dengan nasabah yang ahli di bidang kelistrikan di Aceh. 

Pertemuan tersebut membuka jalan bagi Iskandar untuk mendalami bisnis kelistrikan. Pada 2015, ia memutuskan meninggalkan dunia perbankan dan mulai mengembangkan proyek kelistrikan di Indonesia bersama investor dari beberapa negara.

Dua tahun kemudian, pada 2017, Iskandar mendirikan perusahaan kelistrikan sendiri dengan modal yang dikumpulkannya selama bekerja di bank.

Sayangnya, bisnis tersebut tidak berjalan lancar. Namun, pada masa pandemi Covid-19, Iskandar bersama rekannya dari Singapura mendirikan Calypte Holdings, yang kemudian berkembang menjadi perusahaan dengan tiga pilar bisnis utama yaitu energi, pertanian, dan aviasi.

Dengan dua maskapai dalam rencana besar Calypte Holding, ambisi Iskandar di bisnis aviasi tampak semakin nyata, meskipun tantangan operasional dan realisasi masih harus dihadapi.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper