Bisnis.com, JAKARTA — Kalangan dunia usaha melihat tingkat inflasi di level 1,55% pada November 2024 masih tergolong cukup baik dan kondusif untuk mendukung pertumbuhan ekonomi 4,9%–5% di akhir tahun 2024.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Shinta Widjaja Kamdani mengatakan lemahnya inflasi yang hampir menyentuh batas bawah target inflasi pemerintah pada 2024 menjadi perhatian tersendiri bagi pelaku dunia usaha.
Secara psikologis, Shinta mengatakan bahwa inflasi yang mendekati level bawah dari target tidak cukup mendorong bagi pelaku usaha untuk melakukan ekspansi usaha dalam jangka pendek.
Namun, Shinta menyebut dunia usaha optimistis kinerja usaha tetap meningkat seiring momentum akhir tahun, meski tidak sesuai dengan harapan.
“Dengan adanya momentum konsumsi akhir tahun, kami tetap optimis kinerja usaha hingga akhir tahun akan tetap meningkat meskipun mungkin peningkatannya tidak eksponensial atau setinggi yang kami harapkan sebelumnya mengingat kinerja inflasi yang ada hingga saat ini,” kata Shinta kepada Bisnis, Senin (2/12/2024) malam.
Shinta menyatakan bahwa optimisme ini masih didukung oleh permintaan pasar terhadap jasa dan kebutuhan yang bersifat non-pokok atau kebutuhan sekunder dan tersier seperti pakaian, rekreasi, dan jasa yang masih cukup positif. Apindo melihat permintaan ini turut memberikan kontribusi inflasi yang tergolong tinggi.
Baca Juga
Menurut Shinta, tingginya permintaan pasar ini menjadi harapan adanya peningkatan konsumsi yang relatif menjanjikan di akhir tahun.
“Kalau kinerja konsumsi akhir tahun cukup baik, kami rasa kita bahkan bisa berharap adanya perbaikan yang lebih gradual terhadap daya beli dan appetite daya beli pasar sepanjang tahun depan,” tuturnya.
Untuk itu, Apindo pun berharap pemerintah terus mengendalikan harga kebutuhan pokok.
“Kami harap pemerintah terus fokus mengendalikan harga kebutuhan pokok sambil mengstimulasi kinerja sektor riil, investasi, dan ekspor agar daya beli masyarakat lebih stabil dan terus meningkat seiring waktu,” pungkasnya.
Badan Pusat Statistik (BPS) sebelumnya mencatat tingkat inflasi Indonesia November 2024 mencapai 1,55% secara tahunan (year-on-year/yoy), melambat dari bulan sebelumnya sebesar 1,71%.
Secara bulanan, Indonesia mencatatkan inflasi 0,30% (month-to-month/mtm) pada November 2024. Sementara itu, indeks harga konsumen (IHK) naik ke level 106,33 pada November 2024, dari 106,01 pada Oktober 2024.
“Inflasi bulanan pada November 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan Oktober 2024, tetapi lebih rendah dari November 2023,” kata Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam rilis berita resmi statistik, Senin (2/12/2024).
Adapun, kelompok pengeluaran penyumbang terbesar inflasi November 2024 adalah makanan minuman dan tembakau sebesar 0,78% dan memberikan andil inflasi sebesar 0,22%.
Kemudian, komoditas lainnya yang memberi andil inflasi seperti emas perhiasan dengan andil 0,04%, daging ayam ras dan minyak goreng 0,03%. Serta, bawang putih, ikan segar, sigaret kretek mesin, dan kopi bubuk masing-masing sebesar 0,01%.