Bisnis.com, JAKARTA — Tingkat inflasi Indonesia November 2024 mencapai 1,55% secara tahunan (year on year/YoY), melambat dari bulan sebelumnya sebesar 1,71%. Artinya, tingkat inflasi tahunan mendekati ambang batas bawah target pemerintah yaitu 1,5%—3,5%.
Kendati demikian, Sekretaris Kemenko Bidang Perekonomian Susiwijono Morgiarso mengaku tidak khawatir dengan tren perlambatan inflasi yang terjadi belakangan.
Bagaimanapun, sambungnya, beberapa bulan belakangan yang mengalami deflasi merupakan harga volatile foods atau komponen pangan bergejolak. Sementara itu, kompenen inti tetap mengalami inflasi dari bulan ke bulan.
Dia pun meyakini kondisi daya beli masyarakat tetap terjaga. Susi tetap optimistis angka inflasi yang rendah tidak akan mengganggu pertumbuhan ekonomi.
"Ya inflasinya cukup terkendali, terutama yang turun kan volatile foods," katanya di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Senin (2/11/2024).
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, votalite foods memang terus mengalami deflasi sejak April—Oktober 2024 atau tujuh bulan berurut-urut. Barulah pada November 2024, volatile foods kembali mengalami inflasi 1,07%.
Baca Juga
Susi pun mengkaitkan angka inflasi dengan Purchasing Managers' Index (PMI). Dia tidak menampik PMI mengalami level kontraksi yakni 49,6 pada November 2024.
Hanya saja, angka tersebut lebih membaik dari bulan sebelumnya (49,2 pada Oktober) sehingga mengindikasikan adanya peningkatan permintaan di industri. Dengan demikian, Susi meyakini perekonomian semakin pulih. "PMI hari walaupun belum 50 sdah 49,6, sudah mendekati level ekspansi," ujarnya.
Sebelumnya, Plt. Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengungkapkan tingkat inflasi mencapai 1,55% YoY pada November 2024. Sementara secara bulanan, Indonesia mencatatkan inflasi 0,30% pada November 2024.
"Inflasi bulanan pada November 2024 lebih tinggi dibandingkan dengan Oktober 2024, tetapi lebih rendah dari November 2023," ujar Amalia dalam rilis berita resmi statistik, Senin (2/11/2024).
Kelompok pengeluaran penyumbang terbesar inflasi November 2024 adalah makanan minuman dan tembakau sebesar 0,78% dan memberikan andil inflasi sebesar 0,22%.
Sementara itu, komoditas lainnya yang memberi andil inflasi seperti emas perhiasan dengan andil 0,04%, daging ayam ras dan minyak goreng 0,03%, serta bawang putih, ikan segar, sigaret kretek mesin, dan kopi bubuk masing-masing 0,01%.
Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal memproyeksikan inflasi pada akhir 2024 akan berada pada kisaran 1,3%-1,5% year on year (YoY).
"Yang artinya lebih rendah dibanding inflasi pada masa pandemi 2020 dan 2021," jelas Faisal kepada Bisnis, Minggu (1/11/2024).
Sejalan, Kepala Ekonom PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) David Sumual memproyeksikan tingkat inflasi pada akhir 2024 berada pada angka 1,6% YoY.
Berdasarkan catatan Bank Dunia (World Bank), selain masa pandemi Covid-19 pada 2020 dan 2021, tingkat inflasi Indonesia selalu berada di atas 2% sejak 1960—data sebelum itu tidak tersedia.
Sementara itu, data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tingkat inflasi berada di angka 1,68% (YoY) pada akhir 2020. Sementara itu pada akhir 2021, tingkat inflasi di angka 1,87% YoY.
Artinya, jika inflasi pada akhir 2024 berada di kisaran 1,3%—1,6% YoY maka kemungkinan besar akan menjadi yang terendah sepanjang sejarah Republik Indonesia.