Bisnis.com, JAKARTA — Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo Shinta Kamdani mengatakan, arus investasi pembangkit dan infrastruktur energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia cenderung menurun beberapa tahun terakhir.
“Saat ini yang masih under-investment itu di sektor-sektor yang berhubungan dengan sektor hijau,” kata Shinta dalam acara Bisnis Indonesia Midyear Challenges (BIMC) 2024 di Jakarta, Senin (29/7/2024).
Shinta mengatakan, pembiayaan yang tersedia untuk proyek EBT terbilang besar untuk Indonesia. Apalagi, Shinta menambahkan, sebagian besar investor belakangan menaruh minat yang tinggi untuk proyek hijau tersebut.
Hanya saja, tren investasi pada pembangkit serta infrastruktur kelistrikan hijau masih cenderung menurun di Indonesia.
Sementara itu, arus investasi EBT global naik 7% menjadi US$623 miliar sepanjang 2023. Tren investasi itu cenderung bertolak belakang dengan torehan investasi EBT di dalam negeri yang mengalami penurunan US$1,5 miliar atau sekitar US$9,3 miliar dibandingkan tahun sebelumnya.
“Investor yang berminat masuk ke sektor hijau itu sangat tinggi, tapi Indonesia walaupun potensi besar ini perlu banyak didorong karena saat ini masih sangat terbatas atau under-investment,” kata dia.
Baca Juga
Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) menargetkan lelang pembangkit listrik energi baru terbarukan skala besar di atas 1 gigawatt (GW) dapat dimulai pada 2024 oleh PLN.
Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Kartika Wirjoatmodjo mengatakan, saat ini permintaan listrik sudah mulai menunjukan tren peningkatan. Dengan demikian, lelang-lelang pembangkit PLN bakal diarahkan untuk blok yang lebih besar di atas 1 GW tersebut.
“Kita ingin bidding tidak dalam skala kecil 50 megawatt, 100 MW tapi kita ingin blok bidding 1 GW, 2 GW sehingga skalanya untuk percepatan mengejar 24 GW EBT bisa terjadi dalam 10 tahun ke depan,” kata Kartika dalam Seminar Nasinal Outlook Perekonomian Nasional di Jakarta, Jumat (22/12/2023).
Kendati demikian, Kartika mengatakan, lelang proyek pembangkit skala besar itu bakal mendatangkan kebutuhan investasi atau modal yang terbilang besar. Sementara itu, kemampuan keuangan PLN serta pinjaman modal domestik relatif terbatas saat ini.
Menurut dia, proyek-proyek blok lelang besar tersebut mesti didukung dengan pembiayaan-pembiayaan internasional yang menawarkan pinjaman jangka panjang. Di sisi lain, dia mengatakan, pemerintah turut mendekati sejumlah perusahaan EBT yang memiliki kemampuan modal yang cukup baik.
“Ini tentunya di dalam negeri belum ada sumber pendanaan dolar AS dalam jangka panjang, memang kita harus mengget organisasi atau komunitas bank internasional,” kata dia.