Bisnis.com, JAKARTA - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menyebut bahwa usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) merupakan tulang punggung ekonomi nasional lantaran kurang dari 65 juta UMKM menyerap sekitar 90% tenaga kerja. Namun, kontribusinya terhadap ekspor nasional tergolong kecil dibandingkan dengan negara tetangga di Asean.
Ketua Umum Kadin Indonesia, Arsjad Rasyid, menyampaikan, kontribusi UMKM Indonesia terhadap ekspor nasional hanya sebesar 15%. Angka ini jauh lebih rendah dibanding nilai ekspor Malaysia dan Thailand.
“Baru 15% UMKM Indonesia yang menembus ekspor dan angka ini jauh dibanding nilai ekspor tetangga di Asean seperti di Malaysia di angka 17,3% dan Thailand 28,7%,” kata Arsjad pada Peluncuran Program Tahap Lanjutan ‘Teknologi Peningkatan Ekspor UMKM Indonesia’ di JCC Senayan, Senin (22/7/2024).
Presiden Direktur Indika Energy itu mengatakan bahwa dirinya kerap menemukan sejumlah keluhan para pelaku UMKM, baik melalui direct message bahkan kolom komentar di platform media sosial.
Arsjad mengungkapkan, banyak pelaku UMKM yang masih kebingungan untuk menembus pasar ekspor, sulit mencari jasa ekspor yang kredibel, hingga sulit mencari informasi mitra negara tujuan dan akses ekspor.
Untuk menjawab kebingungan tersebut, Arsjad menyebut bahwa Kadin sebagai mitra strategis hadir untuk mendukung UMKM Indonesia naik kelas dan menembus pasar ekspor.
Baca Juga
Adapun, dua tahun lalu, Kadin Indonesia telah meluncurkan gerakan kemitraan inklusif untuk UMKM naik kelas, yang diresmikan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Tahun ini, kata dia, pihaknya berkomitmen mendorong lebih banyak UMKM agar bisa mengakses pasar internasional. Melalui program WikiExport, Kadin mendukung lebih dari 200 UMKM untuk mendapatkan pelatihan bersertifikasi ekspor dan menjadi pusat informasi resmi mengenai ekspor impor.
Sebagai tulang punggung ekonomi Indonesia, Arsjad menilai bahwa peran UMKM sangat krusial dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Apalagi, kata dia, Presiden terpilih Prabowo Subianto menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 8% di periode 2025-2029.
“Untuk itu disinilah UMKM berperan,” ujarnya.
Menurutnya, baik pemerintah maupun sektor swasta perlu mendorong UMKM untuk mengedepankan inovasi dan berorientasi ekspor, utamanya ke negara nontradisional seperti Timur Tengah, Eropa, dan Afrika.
Selain itu, ekonomi daerah juga perlu di dorong dan meningkatkan daya saing produk lokal agar dapat bersaing di pasar global.
“Saya yakin dengan upaya gotong royong dan kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan juga organisasi dunia usaha, kita bisa wujudkan visi Indonesia Emas 2045,” pungkasnya.