Kepulauan Anambas yang terdiri dari 255 pulau ini berada di Laut China Selatan, dan berbatasan langsung dengan perairan internasional. Luasnya mencapai 590,14 km2. Sedangkan jumlah penduduknya sebanyak 49.090 jiwa, yang bermukim di 10 kecamatan. Kota terbesar adalah Tarempa di Pulau Siantan.
Sedangkan Kepulauan Natuna, terdiri dari 159 pulau. Berlokasi di sebelah timur laut Anambas. Natuna juga berbatas langsung dengan perairan internasional. Luasnya mencapai 1.978,49 km2, dengan jumlah penduduk sebanyak 85.670 jiwa yang bermukim di 17 kecamatan. Kota terbesar adalah Ranai di Pulau Bunguran.
Mata pencaharian utama di dua daerah ini, yakni nelayan dan sektor pertanian.
Kedua kabupaten ini memiliki potensi pariwisata yang besar. Misalnya Anambas terkenal lewat Pulau Bawah, yang menyajikan pemandangan pantai berpasir putih, air laut biru, serta menjadi spot menarik untuk snorkeling. Sedangkan Natuna memiliki panorama yang tidak kalah indah, apalagi disana terdapat Taman Natuna Geopark, yang menyandang status sebagai Geopark Nasional Indonesia.
Potensi lain dari Anambas dan Natuna yakni kekayaan alamnya berupa minyak dan gas bumi, yang telah memberi banyak lapangan kerja buat masyarakat Kepri. Banyak warga dari Batam dan daerah lainnya di Kepri yang mengadu nasib di perusahaan migas yang terdapat di wilayah perbatasan tersebut, sehingga kehadiran transportasi massal seperti kapal Pelni menjadi kebutuhan utama ketika bepergian antar pulau.
Dari Batam, Kabupaten Natuna berjarak 565 km. Sedangkan Batam ke Kabupaten Anambas berjarak 282 km. Kemudian dari Anambas ke Natuna, jaraknya 305 km. Dengan jarak yang sangat jauh serta terpisah lautan, maka kehadiran kapal perintis seperti Sabuk Nusantara menjadi sangat berarti buat warga Kepri.
Baca Juga
Kepala Dinas Perhubungan Lingkungan Hidup (Dishub-LH) Kabupaten Anambas, Abdul Kadir mengatakan wilayah Anambas yang terdiri dari 255 pulau ini memang sangat membutuhkan transportasi laut yang memadai.
"Banyak sekali orang Anambas yang bepergian ke Natuna dan sebaliknya. Ada yang untuk urusan pekerjaan, keluarga, atau berdagang," katanya Kamis (4/7/2024) melalui sambungan telepon.
Menurut Kadir, dahulu warga kepulauan tidak punya banyak pilihan terkait moda transportasi laut. Setelah kehadiran kapal perintis dari Pelni, bukan hanya membantu mobilitas antar pulau, tapi juga membantu meningkatkan perekonomian masyarakat.
Daya tarik utama kapal perintis Pelni dibandingkan pesawat, yakni harganya yang terjangkau masyarakat kelas menengah ke bawah. Harga tiketnya bervariasi tergantung dari jarak yang ditempuh. Tiket yang paling murah Rp 42.000, dan yang paling mahal Rp 88.000.
"Dengan adanya kapal perintis ke daerah kami, banyak dimanfaatkan masyarakat untuk membawa barang dagangannya ke kota lain. Misal dari Anambas ke Natuna atau langsung ke Tanjungpinang," katanya lagi.
Menurut Kadir, barang dagangan yang biasa dibawa warga ke kota lain, berupa hasil tangkapan laut seperti ikan, serta barang-barang konsumsi seperti ikan salai, kerupuk, serta sayur-sayuran. "Dari Tanjungpinang juga sering ada pedagang yang menjual buah-buahan di tempat kami," ungkapnya.
Meski sudah terhubung lewat Sabuk Nusantara, Kadir menilai Anambas dan Natuna masih membutuhkan sarana transportasi laut yang baru.
Ia kemudian mengungkapkan penyebabnya. Pertama yakni waktu tunggu yang terlalu lama. Seperti yang diketahui, Sabuk Nusantara berlayar mengitari sebagian besar wilayah Kepri hingga dua minggu lamanya. Kemudian karena tingginya animo masyarakat, banyak yang tidak bisa tertampung karena terbatasnya kapasitas kapal, yang hanya bisa menampung sebanyak 200 penumpang.
"Orang Anambas banyak yang bepergian ke Natuna. Tapi ketika harus balik, malah harus mutar dulu ke Tanjungpinang, yang jaraknya sekitar 540-an km. Jadinya waktu bertambah tidak semestinya," ungkapnya.
Kadir menilai dengan bertambahnya sarana transportasi laut baru khusus untuk Anambas dan Natuna, maka akan meningkatkan taraf hidup masyarakat setempat.
"Warga kepulauan disini banyak yang taraf ekonomi menengah ke bawah, kalau naik pesawat terlalu mahal, maka kapal sering menjadi pilihan utama karena lebih terjangkau. Mudah-mudahan kapal baru bisa masuk lagi, sehingga kami punya banyak pilihan," imbuhnya.
Ia juga menyebut potensi pariwisata di Anambas dan Natuna sangat potensial, tapi masih belum digarap secara optimal. Sehingga dengan penambahan moda transportasi laut, tentu akan menambah daya tarik dari segi aksesibilitas untuk berkunjung menikmati keindahan alam di wilayah perbatasan tersebut.
Selain Sabuk Nusantara 48, ada juga KM Sabuk Nusantara 36 dan KM Bukit Raya. Sabuk Nusantara 36 juga berkiprah melayari perairan Anambas dan Natuna hingga Sintete di Kalimantan Barat. Rutenya jauh lebih pendek karena tidak berlayar ke wilayah Batam Karimun dan Lingga.
KM Bukit Raya merupakan kapal penumpang berkapasitas 1000 pax, yang melayani rute cukup jauh, termasuk wilayah Anambas dan Natuna hingga ke Surabaya.
Satu lagi kapal Pelni yang beroperasi di wilayah Kepri yakni KM Logistik Nusantara 4. Berbeda dari tiga kapal yang disebut sebelumnya, kapal Pelni ini merupakan kapal pengangkut barang atau kapal kargo tol laut.
Kepala Dinas Perhubungan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Kepri, Junaidi Kapal tol laut KM Logistik Nusantara 4 ini berangkat dari pelabuhan Patimban, Kabupaten Subang, Jawa Barat lalu singgah ke Bintan, Anambas dan Natuna, lalu kembali lagi ke Patimban dengan memakan waktu perjalanan sekitar 23 hari.
"KM Logistik Nusantara 4 ini bertugas mendistribusikan barang penting dan kebutuhan pokok ke daerah terpencil, terluar, dan perbatasan, khususnya di Kepri," katanya.
Menurut Junaidi, program tol laut mampu menekan biaya transportasi pengiriman barang-barang ke Kepri, sehingga harga barang menjadi lebih murah.
Selain itu, tol laut juga ikut berkontribusi menekan disparitas harga kebutuhan pokok di pulau-pulau terluar Kepri seperti Anambas dan Natuna, yang selama ini harganya relatif lebih tinggi dibanding daerah perkotaan, seperti Batam dan Tanjungpinang.
"Efek tol laut membuat harga sembako jadi lebih murah. Ini juga sejalan dengan kebijakan Bapak Presiden Jokowi untuk menekan inflasi di tengah krisis global yang tengah terjadi," ucapnya.
Kehadiran KM Logistik Nusantara 4 disambut hangat oleh para pengusaha sembako hingga agen kargo, karena dapat mempermudah mendatangkan maupun mengirimkan barang kebutuhan pokok dari satu daerah ke daerah lainnya di Kepri.
Khusus di Kepulauan Natuna, para pengusaha perikanan di daerah tersebut sering memanfaatkan kapal tol laut untuk menjual hasil tangkapan nelayan lokal ke Pulau Jawa.