Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

World Water Forum ke-10: Menilik Strategi Pembiayaan di Sektor Air

Pembiayaan investasi di sektor air yang sarat risiko menjadi sorotan dalam World Water Forum ke-10 di Bali
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menutup rapat tingkat menteri di Forum Air Dunia (World Water Forum/WWF) ke-10 di Nusa Dua, Bali, Selasa (21/5/2024). Bisnis/Adam Rumansyah
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono menutup rapat tingkat menteri di Forum Air Dunia (World Water Forum/WWF) ke-10 di Nusa Dua, Bali, Selasa (21/5/2024). Bisnis/Adam Rumansyah

Bisnis.com, BADUNG - Pembiayaan proyek air menjadi salah satu isu hangat yang dibahas dalam gelaran World Water Forum ke-10.

Bagaimana tidak, proyek infrastruktur yang menampung hajat hidup banyak orang itu membutuhkan dana jumbo. Di sisi lain, investasi di sektor air dianggap jadi pekerjaan menantang yang penuh risiko.

Direktur Asia Tenggara dan Pasifik Asian Development Bank (ADB), Neeta Pokhrel mengatakan, perlu tindakan kolektif untuk mendongkrak pembiayaan di sektor air. Upaya kolektif perlu dilakukan baik dari sisi pemerintah, masyarakat maupun calon investor.

Neeta mengatakan perbankan memerlukan kepastian dalam sebuah proyek infrastruktur air dan sanitasi. Inovasi dan akurasi data dari proyek air menjadi krusial bagi bank untuk membiayai investasi.

Adapun pada 2023, ADB telah mengguyur pinjaman untuk proyek terkait air hingga US$2.830 juta, meningkat dari pembiayaan tahun sebelumnya sebesar US$$1.591 juta. Pembiayaan proyek air tertinggi yang dikeluarkan oleh ADB dalam satu dekade terakhir yaitu pada 2018 mencapai US$3.205 juta.

Pembiayaan oleh ADB itu mencakup proyek penyediaan air bersih dan sanitasi serta manajemen limbah; irigasi dan drainase pertanian; infrastruktur pengelolaan banjir; pembangkit listrik tenaga air; hingga pengelolaan sumber mata air.

"Kami memiliki sejumlah proyek kredit yang dapat diinvestasikan, tapi bekerja secara kolektif untuk memastikan bahwa kondisi yang saya mampu sesuai dengan proyek anda," ujar Neeta dalam high level panel di gelaran World Water Forum, Rabu (22/5/2024).

Neeta menegaskan, sejumlah strategi dibutuhkan untuk meningkatkan pembiayaan di sektor air. Pertama, kebijakan pemerintah perlu mendukung terhadap proyek air yang ingin diinvestasikan.

Namun, lagi-lagi Neeta menegaskan bahwa pemerintah perlu memahami data yang baik dari suatu investasi proyek air dan mampu memprioritaskan air serta lingkungan.

Kedua, investor perlu memahami pengelolaan proyek air yang akan didanai termasuk data, kesiapan, rencana investasi. Ketiga, pemahaman terhadap kerentanan iklim dan kapasitas penyerapan dari sebuah proyek air.

"Seberapa besar komitmen anda dalam berinvestasi di bidang air dan sanitasi? Namun untuk melakukan hal tersebut kami harus memberi data bahwa noninvestasi akan merugikan kami," jelasnya.

Setali tiga uang, Kepala Divisi Analisis Air dan Sanitasi, Development of Latin America and The Caribbean, Franz Rojas Ortuste mengatakan, untuk menarik pembiayaan perbankan pada investasi air diperlukan upaya kolektif dari berbagai pihak.

Reformasi kebijakan perlu dilakukan untuk mempermudah investasi. Pemerintah, kata dia, harus memberikan insentif terhadap investasi air yang ramah lingkungan untuk menarik investasi swasta.

Di sisi lain, perencanaan proyek perlu disiapkan secara bankable atau investable. Artinya, proyek air perlu didesain dengan kualitas dan pendekatan yang holistik.

"Ini bukan tentang pemerintah yang lebih baik, namun kita perlu mengembangkan sektor swasta yang diakui oleh masyarakat dan akademisi," tutur Rojas.

Dana Abadi Air

Indonesia dalam gelaran World Water Forum ke-10 menginisiasi pembentukan pendanaan air dunia (global water fund) dan dana abadi air untuk mendorong upaya ketahanan air yang berkelanjutan.

Direktur Jenderal Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PUPR, Herry Trisaputra Zuna, mengakui selama ini proyek di sektor air dan sanitasi masih dominan bergantung pada pembiayaan publik dari APBN. Namun, ketersediaan dana publik terlalu kecil dari yang dibutuhkan.

Adapun Sustainable Development Goals's 2030 (SDG's) poin 6 tentang penyediaan akses air dan sanitasi yang berkelanjutan memproyeksikan kebutuhan anggaran di sektor air global mencapai US$6,7 triliun. Sementara rata-rata dana publik yang tersedia hanya kurang dari 2% per tahun dari APBN.

"Oleh karena itu, kita harus mengajak swasta untuk terlibat di proyek air," ucap Herry.

Menurutnya, pembentukan global water fund dapat mengatasi permasalahan air dan sanitasi di setiap negara anggota. Namun, dia mengakui usulan global water fund ini perlu pembahasan lebih lanjut untuk bisa dibentuk.

Herry Trisaputra Zuna, Dirjen Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PUPR
Herry Trisaputra Zuna, Dirjen Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PUPR

Herry Trisaputra Zuna, Dirjen Pembiayaan Infrastruktur Kementerian PUPR memberikan keterangan pers di World Water Forum (WWF) ke-10, Nusa Dua, Bali Rabu (22/5). Bisnis/Adam Rumansyah

Selain itu, Indonesia dalam forum air terbesar di dunia ini, kata Herry juga mengusulkan pembentukan dana abadi air yang dikhususkan untuk mendanai pengelolaan infrastruktur air yang ada. Herry mengeklaim, keberadaan dana abadi air dapat mendukung keberlanjutan dan upaya konservasi sumber daya air.

Adapun mekanisme sumber pembiayaan dana abadi air, nantinya berasal dari iuran para pengelola sumber daya air. Selama ini, pemerintah Indonesia juga telah memberlakukan biaya jasa pengelolaan sumber daya air (BJPSDA) di sejumlah badan usaha, seperti pembangkit listrik tenaga air, perusahaan air minum dan lainnya.

"Sebagai dana abadi, tentu dana yang diperoleh nantinya harus diinvestasikan dulu, hasil dari investasi itu baru digunakan untuk merawat infrastruktur sumber daya air," jelasnya.

Investasi Jangka Panjang

Sejumlah pelaku usaha mengakui ada satu risiko besar dalam investasi di sektor air, yaitu waktu.

CEO PT Moya Indonesia, Irwan Dinata mengatakan, proyek air tidak bisa secara instan memberikan keuntungan kepada para investor. Menurutnya, rata-rata investasi di sektor air membutuhkan waktu yang panjang sekitar 10-15 tahun untuk bisa menghasilkan keuntungan.

"Proyek ini tidak bisa dijalankan sendirian, perlu kemitraan karena ini investasi jangka panjang. Apakah investor bisa tahan napas selama 10-12 tahun?," ujar Irwan.

Kendati begitu, Irwan menegaskan bahwa saat sebuah proyek air sudah berjalan dari hulu hingga hilir, tentunya keuntungan akan datang dengan sendirinya.

"Jadi enggak usah khawatir, harus dilihat secara holistik," tutur Irwan.

Pernyataan serupa juga dilontarkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno yang juga merupakan seorang pengusaha yang pernah bergelut di sektor air. Sandiaga mengakui bahwa bisnis di sektor air merupakan investasi jangka panjang.

Oleh karena itu, dia menekankan pada kolaborasi yang harmonis antara pemerintah dengan pihak swasta untuk saling melengkapi masing-masing kepentingan. Inovasi dan teknologi, kata Sandiaga, juga menjadi krusial dalam mencapai bisnis yang efisien di sektor air.

"Dunia usaha tidak boleh hanya mencari untung saja dalam jangka pendek, tapi harus melihatnya sebagai investasi jangka panjang," kata Sandiaga.

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Rachmawati
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper