Bisnis.com, JAKARTA -- Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) Airlangga Hartarto menyebut Indonesia dapat memanfaatkan komoditas pertambangan, yakni emas dan nikel di tengah terjadinya krisis hingga ketegangan geopolitik
Airlangga menyebut tiap kali terjadi krisis atau ketegangan geopolitik, harga emas cenderung naik karena emas dianggap sebagai "safe haven" atau tempat perlindungan nilai yang aman bagi investor.
“[Ada ketegangan] harga emas naik, ya ekonomi [Indonesia] naik. Lalu, tegang sedikit harga nikel naik dari US$12.000 ke US$18.000 per ton. Jadi, sebenarnya Indonesia bisa memanfaatkan ketegangan-ketegangan tersebut ” ujar Airlangga dalam Seminar Ekonomi, Sabtu (11/5/2024)
Berdasarkan data Bloomberg, harga emas di pasar spot ditutup menguat 0,60% ke level US$2.360,50 per troy ounce pada perdagangan Jumat (10/5), mencatatkan penguatan 2,51% dalam sepekan.
Kemudian, harga emas Comex kontrak Juni 2024 juga menguat 1,48% ke level US$2.375,00 per troy ounce, dan dalam sepekan telah menguat 2,88%.
Mengutip Reuters, harga emas telah meningkat pada Jumat (10/5). Adapun lonjakan pembelian emas sebagian besar didorong secara teknis.
Baca Juga
Adapun, komoditas seperti nikel, juga mengikuti gerak penguatan harga emas.
Berdasarkan harga London Metal Exchange (LME), harga nikel berjangka kontrak Juni 2024 ditutup menguat 1,94% atau 350,26 poin ke level US$18.394 per metrik ton. Sementara itu, harga nikel di pasar tunai terpantau menguat 80 poin ke level US$18.394 per metrik ton
Pada saat yang sama, Airlangga pun menyampaikan perkembangan kondisi ekonomi Indonesia pada kuartal I/2024.
Pihaknya mencatat, pertumbuhan ekonomi Indonesia menurut wilayah menunjukkan perkembangan yang kuat. Bahkan, wilayah Kalimantan, Maluku dan Papua mengalami pertumbuhan lebih tinggi dari kuartal I/2023
“[Ketiga wilayah itu] basisnya adalah pertambangan dan hilirisasi, utamanya dari smelter,” ucapnya.
Lebih rinci, produk domestik regional bruto (PDRB) Kalimantan tumbuh 6,17% yoy dari sebelumnya 5,79%. Kemudian, Maluku dan Papua mencapai 12,15% yoy ketimbang periode yang sama tahun lalu 1,95%. PDRB Bali dan Nusa Tenggara juga tumbuh 5,07% yoy dari 4,74%.
Sebaliknya, PDRB Sulawesi turun 6,35% yoy dari 7%. Kemudian Jawa turun menjadi 4,84% yoy dari 4,96% dan Sumatera mejadi 4,25% yoy ketimbang tahun sebelumnya 4,79%
Sejalan dengan peningkatan PDB menurut lapangan usaha, berbagai kebijakan termasuk akselerasi pembangunan IKN, Proyek Strategis Nasional dan hilirisiasi juga meningkatkan angka pertumbuhan di berbagai wilayah
Kata Airlangga, ada sejumlah kebijakan pendorong untuk sejumlah wilayah ini. Misal Kalimantan, di mana sumber utama pertumbuhan adalah pertambangan dan penggalian, konstruksi dan perdagangan
Kemudian, Bali Nusra adalah akomodasi makan-minum, jasa keuangan dan asuransi serta administrasi pemerintahan. Lalu, Maluku Papua adalah pertambangan dan penggalian, administrasi pemerintahan dan perdagangan
Terakhir, bila dilihat kontribusi PDRB Wilayah terhadap nasional, kontribusi PDRB Bali Nusra sebesar 2,75%. Sumatera 21,85%. Kalimantan 8,19% Sulawesi 6,89%. Maluku Papua 2,65% dan Jawa menjadi kontributor tertinggi terhadap PDB Nasional yakni 57,7%