Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

ADB Ramal Inflasi Indonesia Capai 2,8% pada 2024-2025

Asian Development Bank (ADB) memperkirakan tingkat inflasi Indonesia akan mencapai 2,8% pada 2024 dan 2025.
Aktivitas jual beli kebutuhan pokok di Pasar Minggu. Bisnis/Nurul Hidayat
Aktivitas jual beli kebutuhan pokok di Pasar Minggu. Bisnis/Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA – Asian Development Bank (ADB) memperkirakan tingkat inflasi Indonesia akan mencapai 2,8% pada 2024 dan 2025.

“Perbaikan dari sisi manajemen pasokan dan ekspektasi inflasi yang terjaga baik akan membantu menjaga inflasi tetap berada dalam kisaran target inflasi yang lebih rendah,” ulis ADB dalam laporan Asian Development Outlook yang diterbitkan pada Kamis (11/4/2024).

ADB memandang Tim Pengendalian Inflasi Pusat dan Daerah akan terus memainkan peran penting dalam mengelola inflasi yang disebabkan oleh dorongan biaya domestik. 

Selain itu, prospek harga minyak dunia yang lebih baik dan ruang fiskal yang relatif luas diproyeksikan akan membantu menstabilkan pergerakan komponen harga domestik yang diatur pemerintah.

Di sisi lain, ADB menilai keputusan Bank Indonesia (BI) untuk menurunkan target inflasi menjadi 2,5%±1% pada tahun ini, dari 3,0%±1% pada 2023 dapat membatasi ruang gerak fleksibilitas kebijakan. 

Namun demikian, BI memang telah mengeluarkan instrumen likuiditas untuk membatasi dampak kenaikan suku bunga terhadap aktivitas ekonomi domestik. 

Instrumen-instrumen tersebut termasuk mengurangi giro wajib minimum bagi bank-bank yang memberikan pinjaman kepada sektor-sektor prioritas dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), pelonggaran loan to value (LTV) untuk kredit properti dan uang muka kredit kendaraan bermotor, dan menurunkan cadangan likuiditas makroprudensial bank atas aset-aset dalam mata uang rupiah untuk membalikkan perlambatan pertumbuhan kredit swasta. 

Pada konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Maret 2024, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyampaikan bahwa inflasi pada 2024 diyakini akan tetap terjaga pada kisaran 2,5%±1%.

Inflasi inti diperkirakan terjaga seiring dengan ekspektasi inflasi yang terjangkar dalam sasaran, kapasitas perekonomian yang masih besar dan dapat merespons permintaan domestik, imported inflation yang rendah sejalan dengan tetap stabilnya nilai tukar rupiah, serta dampak positif faktor struktural terkait berkembangnya digitalisasi. 

Sementara itu, inflasi harga bergejolak yang cenderung meningkat diperkirakan akan kembali menurun seiring dengan peningkatan produksi akibat masuknya musim panen dan dukungan sinergi pengendalian inflasi TPIP dan TPID melalui Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GNPIP).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper