Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mengungkap dampak aksi boikot produk terafiliasi perusahaan Israel terhadap penurunan kinerja industri makanan dan minuman (mamin) dalam negeri.
Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar Kemenperin, Merrijantji Punguan Pintaria mengatakan industri mamin mengalami penurunan kinerja pada akhir tahun lalu sebesar 4,47%, turun dari tahun sebelumnya 4,9%.
"Cukup berdampak, ini menurunkan kinerja industri kita, hanya saja memang sangat sensitif dan industri kita ini masih mencoba bertahan untuk tidak merumahkan karyawannya," kata Merri saat ditemui di Jakarta, Rabu (13/3/2024).
Menurut Merri, jika aksi boikot berlangsung dengan dalam jangka panjang maka besar kemungkinan industri mamin akan mulai merumahkan karyawan. Dia pun berharap agar aksi boikot ini berkurang untuk menjaga kinerja industri.
"Jadi, harapannya aksi boikot ini karena yg bekerja di sektor² industri ini adalah saudara-saudara kita setanah Air ini bisa semakin bisa berkurang ke depannya sehingga tidak memaksa industri untuk merumahkan karyawannya," tuturnya.
Penurunan kinerja industri tecerminkan dari data Asosiasi Minuman Ringan (Asrim) yang menunjukkan kinerja penjualan minuman ringan, selain Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) yang terkontraksi 2,6% pada 2023.
Baca Juga
Sedangkan, pertumbuhan penjualan minuman ringan secara keseluruhan sebesar 3,1% didorong permintaan AMDK.
Data dari Nielsen juga menunjukkan kinerja Minuman Berpemanis Dalam Kemasan (MBDK) pada 2023 turun drastis untuk seluruh jenis minuman dengan penurunan terdalam pada minuman air teh kemasan yang turun 11,9% pada 2023 dari tahun sebelumnya.
Sebagaimana diketahui, beberapa produk makanan dan minuman kemasan yang dijual dalam negeri menjadi sasaran aksi boikot sejak agresi militer Israel ke Gaza dilakukan pada Oktober 2023.
Di sisi lain, Ketua Umum Asrim, Triyono Prijosoesilo menyebutkan dampak boikot tersebut tidak begitu signifikan terhadap indsutri minuman ringan.
"Kalau dampak enggak terlalu ke kita, jadi memang sangat spesifik ya jadi kalau secara industri agregat kelihatannya kita lebih fokus kepada daya beli menjaga daya beli, dan menjaga beban usaha itu terjaga lebih ke arah sana sih," pungkasnya.