Bisnis.com, JAKARTA - Harga dan pasokan sejumlah komoditas pangan menjadi perhatian pemerintah dan masyarakat jelang Ramadan 2024 yang berlangsung awal Maret. Salah satu yang menjadi sorotan adalah harga beras premium yang naik dan menjadi mahal.
Belum lama ini, Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) melakukan inspeksi mendadak (sidak) di pasar Tambahrejo, Surabaya hari ini, Sabtu (17/2/2024). Ditemukan sejumlah komoditas yang mengalami kenaikan harga jauh di atas harga eceran tertinggi (HET) meski pasokan stabil.
KPPU menggelar sidak bersama dengan Badan Perlindungan Konsumen (BPKN), Bulog, serta pemerintah dan Polda Jawa Timur. Kegiatan tersebut dilakukan menjelang hari besar keagamaan nasional (HBKN) Ramadan dan Idulfitri.
Ketua KPPU RI, M. Fanshurullah Asa menuturkan bahwa pemantauan tersebut merupakan komitmen KPPU dalam melakukan pengawasan persaingan usaha sebagai amanat dari Undang – undang No. 5/1999. Kegiatan ini juga dilakukan untuk menampung keluhan dari para pelaku usaha berkaitan dengan harga maupun ketersediaan bahan pokok di pasar.
“Hari ini, KPPU menemukan fakta bahwa meski terdapat beberapa komoditas yang berada di atas HET yang ditetapkan oleh Pemerintah, di antaranya beras, gula, dan cabe, tetapi ketersediaan pasokan masih stabil," jelasnya dalam keterangan resmi, Sabtu (17/2/2024).
Kendati demikian, KPPU juga menemukan sejumlah komoditas dijual di bawah HET seperti bawang merah, daging sapi dan daging ayam ras.
Baca Juga
Sejalan hal itu, Fanshurullah menegaskan KPPU akan fokus untuk mengawasi risiko persaingan usaha tidak sehat. Dia juga menekankan agar para pedagang tidak melakukan praktik kartel atau persekongkolan untuk mengatur harga komoditas di pasar.
Pekan lalu, anomali terjadi pada komoditas beras yang meski pemerintah sudah getol melakukan impor untuk menambah pasokan sebanyak 3 juta ton sejak 2022, masih gagal meredam harga.
Bahkan, sejak hari-hari jelang Pemilihan Umum atau Pemilu 2024 stok beras di sejumlah gerai ritel modern seperti Alfamart hingga Indomaret mengalami kelangkaan.
Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia atau Aprindo menyebut pasokan beras terhambat lantaran harga beli dari produsen lebih tinggi ketimbang harga jual mereka yang dibatasi oleh aturan HET.
Ketua Umum Aprindo, Roy Nicholas Mandey menilai para peritel berisiko merugi atas kondisi perberasaan saat ini. "Di ritel harga naik itu tidak mungkin jual rugi, jual murah boleh tapi jual rugi jangan."
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance atau Indef, Esther Sri Astuti menyebut harga beras yang tinggi saat ini disebabkan oleh distribusi yang terbatas. Di sisi lain, dominansi pangsa pasar beras di dalam negeri dikuasai oleh segelintir konglomerat, alih-alih dikuasai oleh negara lewat Perum Bulog.
"Karena beras dikuasai oleh 9 naga, yang menurunkan harga beras ya harus lewat mereka," ujar Esther kepada Bisnis.com, Jumat (9/2/2024).
Dia menilai kondisi pasar beras yang dikuasai segelintir konglomerat menjadi bersifat oligopoli. Para konglomerat yang menguasai pasar beras saat ini menjadi penentu harga di saat pasokan beras dalam kondisi terbatas.