Bisnis.com, JAKARTA – PT Kereta Api Indonesia (Persero) optimistis mampu memenuhi kewajiban pembayaran pinjaman utang atas pembengkakan biaya (cost overrun) proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung atau Kereta Cepat WHOOSH.
Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko KAI, Salusra Wijaya, menyatakan kesiapan perseroan untuk membayarkan utang-utang pada proyek Kereta Cepat WHOOSH. Hal tersebut didukung oleh kinerja keuangan KAI yang optimal.
“Insyaallah kita mampu [bayar pinjaman utang kereta cepat],” kata Salursa saat ditemui di acara Bisnis Indonesia Top BUMN Awards di Jakarta, Kamis (30/11/2023).
Selain itu, dia menjelaskan KAI juga mendapat dukungan dari pemerintah dalam upaya pembayaran utang pinjaman tersebut. Dia menuturkan, bentuk dukungan tersebut adalah berupa kucuran penyertaan modal negara atau PMN.
Sementara itu, Salusra mengatakan perseroan juga terus berupaya meningkatkan kinerja keuangan internal. Dia menuturkan, KAI akan mengoptimalkan seluruh segmen pendapatan baik dari angkutan barang maupun penumpang.
“Sudah kita hitung, tahun ini juga perfromance [keuangan] akan bagus. Insyaallah tahun depan 2024 juga masih bisa terjaga,” jelasnya.
Baca Juga
Sebelumnya, Wakil Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Kartika Wirjoatmodjo, menyebut APBN tidak menjadi jaminan untuk pinjaman utang atas pembengkakan biaya (cost overrun) proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung.
Tiko menjelaskan, pemerintah menunjuk PT Kereta Api Indonesia (Persero) untuk memberikan tambahan modal ke PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC). Hal ini mengingat posisi KAI sebagai pemegang saham terbesar pada pihak konsorsium Indonesia di KCIC.
Selain itu, KAI juga akan mendapatkan pinjaman dari China Development Bank (CDB) untuk pembayaran pembengkakan biaya tersebut. Pinjaman tersebut kemudian akan dialirkan ke PT KCIC.
“Jadi jangan salah, itu ada dua step, KAI wajib memberikan tambahan pinjaman saham ke KCIC. KAI juga kemudian akan meminjam ke CDB,” jelas Tiko.
Adapun, Indonesia dan China telah menyepakati besaran cost overrun kereta cepat sebesar US$1,2 miliar beberapa waktu lalu. Dari jumlah tersebut, China Development Bank (CDB) akan memberikan dana pinjaman sebesar US$560 juta atau sekitar Rp8,3 triliun dengan asumsi kurs US$1 = Rp15.100.