Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan kondisi ekonomi global masih menghadapi tantangan yang tidak mudah, mulai dari pelemahan ekonomi China hingga ketegangan geopolitik.
Hal ini bukan hanya dirasakan dampaknya bagi Indonesia, Sri Mulyani juga menyampaikan bahwa 21 negara anggota Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) pada pekan lalu mengaku menghadapi tantangan serupa.
“Kemarin menghadiri pertemuan APEC, 21 ekonomi dan negara, di situ menunjukkan tren dampak dari perlemahan ekonomi China yang juga akan menimbulkan pengaruh terhadap seluruh dunia,” ungkapnya dalam Bisnis Indonesia Business Challenges (BIBC) 2024, Kamis (23/11/2023).
Sri Mulyani menjelaskan bahwa imbas dari ekonomi China tersebut, pemerintah China terus memformulasikan kebijakan internal mereka baik fiskal dan moneter atau yang berhubungan dengan sektor properti dan tingkat utang pemerintah daerahnya.
Di samping itu, geopolitik yang meningkat dan sangat dinamis, di mana perang mudah tersulut dan sulit untuk menyelesaikannya, menyebabkan ekonomi global melemah.
Sejumlah lembaga internasional pun merevisi ke bawah proyeksi ekonomi global 2024. Dana Moneter Internasional (IMF) dan OECD sepakat meramal ekonomi global tahun depan tak lebih dari 3%, yang masing-masing sebesar 2,9% dan 2,7%.
Baca Juga
“Tren pertumbuhan ekonomi yang melemah dan pada tingkat inflasi serta suku bunga yang masih relatif tinggi akan menahan laju pemulihan ekonomi global,” lanjut Sri Mulyani.
Meski demikian, OECD dalam laporannya per September, masih menaruh optimisme terhadap ekonomi Indonesia yang mampu tumbuh 5,2 pada 2024 mendatang, sesuai dengan target pemerintah.
Sejalan dengan harl tersebut, meski dibayangi ketidakpastian, pemerintah terus optimistis dan tercermin dari ekonomi Tanah Air yang masih resilien dengan bertahan tumbuh 5,05% sepanjang 2023 hingga September.
“Dengan ekonomi Indonesia yang resilien dan merata di seluruh daerah, ini memberikan keuntungan karena Indonesia negara dengan domestic demand sangat tinggi dan itu bisa menjadi buffer bagi gejolak yang terjadi di regional maupun global,” tuturnya.