Bisnis.com, JAKARTA – Laju penurunan inflasi Amerika Serikat bulan Oktober 2023 diperkirakan semakin melambat menuju target 2% Federal Reserve. Hal ini membuat bank sentral AS tersebut tetap condong ke arah pengetatan moneter lanjutan.
Ekonom Bloomberg Anna Wong dan Stuart Paul memperkirakan indeks harga konsumen (IHK) inti yang tidak termasuk makanan dan energi naik 0,3% untuk bulan kedua berturut-turut pada Oktober 2023 (month-on-month/mom) dan 4,1% (year-on-year/yoy).
"Setelah menunjukkan kemajuan yang menggembirakan pada musim panas ini, disinflasi IHK inti secara yoy kemungkinan besar terhenti, sementara laju bulanan naik ke arah yang lebih konsisten dengan laju inflasi tahunan sebesar 3%-4% dibandingkan 2%," ujar Wong dan Paul seperti dikutip Bloomberg, Selasa (14/11/2023).
Mereka mengatakan, para pejabat The Fed kemungkinan besar akan membiarkan kemungkinan kenaikan suku bunga di masa depan selama IHK inti berjalan pada laju bulanan saat ini.
Inflasi telah surut tahun ini setelah mencapai puncaknya pada tahun 2022 di level tertinggi sejak awal 1980-an. Data IHK yang lebih baik dari perkiraan selama beberapa bulan terakhir membantu membangun konsensus terhadap jeda pengetatan The Fed dalam satu dari dua pertemuan kebijakan terakhir bank sentral.
Kemajuan yang lebih lambat menuju target inflasi 2% akan meningkatkan kekhawatiran bahwa kenaikan suku bunga mungkin diperlukan, bahkan saat suku bunga The Fed mencapai level tertinggi dalam 22 tahun.
Baca Juga
Pasar berjangka menunjukkan para investor saat ini menempatkan peluang kenaikan suku bunga pada salah satu dari dua pertemuan kebijakan berikutnya sekitar satu banding empat.
"Meskipun disinflasi pada IHK inti telah cukup banyak terhenti, the Fed sepertinya tidak akan mengubah sikap wait and see terhadap kenaikan suku bunga, terutama jika beberapa bulan ke depan ada bukti bukti tambahan bahwa pasar tenaga kerja mendingin dengan lebih cepat," ujar Wong dan Paul.