Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kebijakan Fiskal Bisa Diperlonggar di Tengah Tekanan Global, Tapi..

Ekonom menilai bahwa pemerintah dapat memperlonggar kebijakan fiskal di tengah tekanan. Namun, ada dampaknya.
Foto udara komplek perumahan di kawasan Gading Serpong, Kelapa Dua, Tangerang, Banten, Jumat (11/6/2021). Bisnis/Abdullah Azzam
Foto udara komplek perumahan di kawasan Gading Serpong, Kelapa Dua, Tangerang, Banten, Jumat (11/6/2021). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom berpandangan bahwa pemerintah dapat memperlonggar kebijakan fiskal, dalam hal ini defisit anggaran, untuk mengatasi tekanan global. Sebagaimana Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang berencana mengucurkan paket kebijakan insentif. 

Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Mohammad Faisal menyampaikan dalam kondisi kebijakan moneter yang semakin ketat dan meningkatnya konflik global yang berdampak pada harga minyak yang melonjak, pemerintah perlu melonggarkan belanjanya. 

“Dengan kondisi seperti ini, berarti APBN kebijakan fiskalnya harus diperlonggar, karena kalau tidak, akan berdampak terhadap ekonomi secara makro,” ujarnya, Selasa (24/10/2023). 

Faisal menjelaskan, dalam hal ini diperlonggar memiliki artian bahwa memang ada suntikan APBN lebih besar dari sisi belanja terutama yang berhubungan langsug dengan pertumbuhan ekonomi. 

Melalui peningkatan belanja insentif, dengan catatan tetap memperhatikan batas defisit, yakni tak lebih dari 3% terhadap PDB atau tak seperti masa pandemi Covid-19 yang hingga 6%.  

“Ini memang berdampak pada perlebaran defisit, tapi sepanjang di bawah 3 persen, mestinya masih ada ruang,” lanjutnya. 

Sementara itu, Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu menegaskan bahwa defisit akan tetap terkendali meski pemerintah berencana meluncurkan paket kebijakan insentif tersebut. 

“Nggak [Defisit tidak melebar], akan lebih rendah dari 2,3%,” ujarnya kepada awak media di Jakarta, Selasa (24/10/2023). 

Sebagaimana diketahui, Indonesia sendiri telah mencanangkan defisit sebesar 2,84% untuk 2023. Sementara hingga pertengahan tahun ini, Febrio melaporkan outlook defisit akan semakin rendah di level 2,3%. 

Halaman
  1. 1
  2. 2

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper