Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Subsidi Energi 2024 Naik, Pertalite jadi Beralih ke Pertamax?

Kementerian Keuangan mengungkapkan bahwa naiknya subsidi energi pada 2024 belum memasukkan rencana pengalihan Pertalite ke Pertamax.
Pengendara mengisi bahan bakar di SPBU, di Jakarta, Senin (9/4/2018)./JIBI-Dwi Prasetya
Pengendara mengisi bahan bakar di SPBU, di Jakarta, Senin (9/4/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA – Kepala Pusat Kebijakan APBN Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Wahyu Utomo mengungkapkan bahwa naiknya anggaran subsidi energi pada 2024 belum dengan pertimbangan rencana pengalihan Pertalite menjadi Pertamax Green

Mengacu pada postur sementara APBN 2024, disepakati alokasi subsidi energi senilai Rp189,1 triliun, lebih tinggi dari usulan RAPBN 2024 sejumlah Rp185,87 triliun. 

“Yang sudah dibahas dalam APBN 2024, itu belum mempertimbangkan Pertalite ke Pertamax,” ujarnya dalam Mini Talkshow DetikFinance: Bedah RAPBN 2024 di Jakarta, Rabu (20/9/2023).  

Alokasi subsidi energi tersebut terdiri dari subsidi jenis BBM tertentu dan LPG Tabung 3 Kg sebesar Rp113,27 triliun dan subsidi listrik sebesar Rp75.831,2 miliar.

Volume LPG disepakati sebanyak 8,03 juta MT, dan Volume BBM disepakati sebesar 19,58 juta KL. Adapun subsidi tetap minyak solar ditetapkan Rp1.000/liter.

Sementara itu, untuk besaran kompensasi BBM dan listrik juga lebih tinggi dari usulan RAPBN yang sebelumnya Rp136 triliun menjadi Rp146 triliun. 

Adapun, Wahyu menekankan bahwa pembayaran subsidi maupun kompensasi energi ini sangat bergantung pada Harga Minyak Indonesia atau Indonesia Crude Price (ICP), kurs rupiah, serta realisasi volume yang tersalurkan.

 

Kuota Subsidi dan Kompensasi Energi 2023 Aman

Untuk tahun ini, Wahyu menyampaikan bahwa kuota energi baik Solar, Pertalite, maupun LPG 3 kg masih dalam batas aman. 

“Kalau kuotanya masih dalam batas aman, baik kuota untuk Solar, maupun Pertalite atau LPG 3 kg. Volume masih dalam batas aman, volatilitasnya ada di ICP dan kurs sedikit tertekan,” jelasnya. 

Pasalnya, ICP per Agustus 2023 telah tembus ke angka US$82,59/barel, sementara outlook pemerintah hingga akhir tahun di level US$78/barel. 

Wahyu melihat stok maupun anggaran setidaknya masih aman jika penyaluran energi tidak melebihi kuota. Untuk solar 17 juta kiloliter dan Pertalite di kisaran 30 juta kiloliter.  

Meski Wahyu tidak menampik adanya potensi defisit melebar jika terjadi kenaikan harga minyak tersebut, namun pendapatan negara juga ikut naik dari pendapatan migas dan PNBP. 

“Defisit melebar, mungkin iya. Tapi itu dampaknya ke pendapatan juga, karena pendapatan juga naik, defisit sedikit lebih tinggi kalau [harga] naik,” jelasnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper