Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Proyeksi Inflasi Indonesia pada Agustus dan Ramalan Hingga Akhir 2023

Inflasi Indonesia pada Agustus 2023 diperkirakan lebih rendah secara bulanan dibandingkan periode Juli. BPS akan mengumukan angka resmi pada pagi ini (1/9/2023)
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan arahan dalam agenda Rakornas Pengendalian Inflasi Tahun 2023, Istana Negara, Kamis (31/8/2023). Foto BPMI Setpres RI
Presiden Joko Widodo (Jokowi) memberikan arahan dalam agenda Rakornas Pengendalian Inflasi Tahun 2023, Istana Negara, Kamis (31/8/2023). Foto BPMI Setpres RI

Bisnis.com, JAKARTA –– Inflasi Indonesia pada Agustus 2023 diperkirakan melaju lebih lambat. Jika pada Juli lalu, Indonesia mengalami infasi bulanan 0,21 persen, maka pada pengumuman hari ini, Jumat (1/9/2023), tingkat kenaikan harga secara nasional berada pada level 0,14 persen.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan inflasi Indonesia pada Agustus 2023 sebesar 0,14 persen secara bulanan (month-to-month/mtm) karena terkendalinya inflasi inti.  

“Inflasi bulan Agustus masih didorong oleh inflasi inti yang diperkirakan berkisar 0,16 persen [mtm] atau 2,20 persen [yoy],” katanya, Kamis (31/8/2023).   

Menurutnya, inflasi inti dalam 2 bulan terakhir masih akan didorong oleh inflasi kelompok pendidikan, di mana masuk tahun ajaran baru bagi perguruan tinggi. 

Sementara itu, inflasi harga bergejolak diperkirakan akan mengalami penurunan secara bulanan mempertimbangkan perkembangan harga komoditas pangan yang menyumbang deflasi. 

Komoditas tersebut seperti daging ayam (-7,2 persen mtm), daging sapi (-0,02 persen mtm), bawang merah (-16,1 persen mtm), bawang putih (-2,5 persen mtm), cabai merah (-4,4 persen mtm), meskipun harga komoditas beras menunjukkan tren peningkatan sekitar 0,5 persen (mtm). 

Sementara itu, dari sisi inflasi harga diatur pemerintah cenderung relative stabil sekalipun terdapat pendorong inflasi yang didorong oleh kenaikan harga BBM jenis non-subsidi. 

Sementara secara tahunan (year-on-year/yoy), inflasi justru terlihat akan terkerek naik dari 3,08 persen pada Juli menjadi 3,44 persen. 

Di sisi lain, Josua melihat meski inflasi pada Agustus 2023 akan kembali meningkat, secara keseluruhan tahun inflasi akan stabil di level 3 persen.  “Secara keseluruhan, inflasi akhir tahun ini diperkirakan akan cenderung stabil di kisaran 3 persen,” jelasnya. 

Senada dengan Josua, Ekonom PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN) Irman Faiz juga memperkirakan inflasi Agustus secara tahunan akan lebih tinggi dari Juli 2023. Menurutnya, faktor penyumbang inflasi dari komoditas beras secara bulanan akan mencapai 0,05 persen dan daging ayam 0,02 persen. 

Namun demikian, dia mengatakan turunnya harga bawang merah dan telur ayam juga menahan inflasi untuk naik. "Di sisi lain inflasi inti kami lihat sedikit naik ke level 2,5 persen (yoy) karena dalam laporan PMI, bebrapa manufaktur sudah mulai menyesuaikan harga outputnya," katanya. 

Meski demikian, Faiz melihat terdapat potensi penurunan inflasi pada September 2023 mendatang. 

“September nanti ada potensi inflasinya di bawah 3 persen karena efek base yang tinggi tahun lalu,” katanya. 


Inflasi Indonesia pada 2023 Perkiraan Bank Indonesia

Keyakinan inflasi Indonesia terkendali juga disampaikan oleh Bank Indonesia. Laju inflasi di dalam negeri diperkirakan akan terus menurun dan mencapai tingkat 3 persen pada akhir 2023.

“Kami perkirakan inflasi pada sisa 2023 akan tetap terkendali dalam sasaran 3 plus minus 1 persen. Akhir tahun Insyaallah di sekitar 3 persen,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendalian Inflasi 2023, Kamis (31/8/2023).

Selanjutnya, Perry mengatakan laju inflasi pada 2024 ditargetkan akan terjaga tetap rendah, pada kisaran 2,5 hingga 3,5 persen.

Sikap Bank Indonesia akan inflasi merupakan kebijakan yang penting. Menurut Perry, inflasi Indonesia yang rendah merupakan faktor yang sangat penting untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan rakyat.

Menurutnya, kebijakan moneter akan secara konsisten dan antisipatif diarahkan untuk mendukung stabilitas dalam rangka pengendalian inflasi dan stabilitas nilai tukar rupiah. Dengan kata lain, Bank Indonesia tidak segan menaikkan suku bunga jika inflasi mendaki terlalu tajam yang diiringi kebijakan moneter peredam lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman
  1. 1
  2. 2
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper