Bisnis.com, JAKARTA - Produsen garam terbesar di China mendesak masyarakat agar tidak melakukan panic buying, setelah Jepang membuang air yang telah diolah ke Samudera Pasifik dari pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima pada Kamis (24/8/2023).
Kelompok Industri Garam Nasional yang dikelola negara, yakni produsen garam terbesar di dunia, mengatakan bahwa mereka meningkatkan pasokan karena orang-orang di beberapa wilayah China bergegas untuk menimbun.
“Kami bekerja lembur untuk memproduksi, mendistribusikan dan melakukan segala upaya untuk menjamin pasokan pasar,” kata Kelompok Industri Garam Nasional dalam pernyataannya, seperti dikutip dari Reuters, Jumat (25/8/2023).
Dapat diketahui bahwa rak garam di Supermarket kosong dan terjual habis di platform penjualan online di beberapa tempat. Hal ini meliputi Beijing dan Shanghai.
Pihak Kelompok Industri Garam Nasional menyarankan agar masyarakat dapat membeli secara rasional dan jangan membeli dengan panik secara ‘membabi buta’.
Kelompok tersebut juga mengatakan bahwa garam laut hanya menyumbang 10 persen dari garam yang dikonsumsi masyarakat. Dari hasil pengujian yang dilakukan, menunjukkan bahwa garam laut yang diproduksi secara lokal aman. Pasokan garam juga dinilai cukup dan kekurangan stok hanya bersifat sementara.
Baca Juga
Penolakan China
China sendiri menentang tindakan Jepang, mengatakan bahwa pemerintah jepang tidak membuktikan bahwa air yang dibuang aman, dan telah melarang impor semua produk akuatik dari Jepang.
Jepang kemudian mengkritik China karena menyebarkan klaim yang tidak berdasar secara ilmiah. Pemerintah Jepang menyatakan bahwa pelepasan air tersebut aman.
Badan Energi Atom Internasional (IAEA) juga telah menyimpulkan bahwa dampak yang ditimbulkannya terhadap manusia dan lingkungan "dapat diabaikan".
Pembuangan air limbah tersebut yang disetujui bulan lalu oleh pengawas nuklir PBB dan ditandatangani dua tahun lalu oleh pemerintah Jepang, merupakan langkah penting dalam proses yang panjang.