Bisnis.com, JAKARTA - Rencana Jepang melepaskan air limbah nuklir PLTN Fukushima yang diolah ke laut menuai penentangan dari sejumlah negara tetangga, termasuk China dan Korea Selatan. Di dalam Negeri Sakura itu pun, komunitas nelayan mengkhawatirkan rencana tersebut akan mengurangi permintaan produk perikanan mereka.
Otoritas bea cukai China pada Jumat lalu menyatakan bakal melarang impor makanan dari sepuluh prefektur Jepang termasuk Fukushima. Pelarangan itu terkait masalah keamanan makanan. Hong Kong juga berencana memberlakukan beberapa pembatasan makanan laut dari daerah berisiko tinggi setelah pelepasan limbah Fukushima dimulai.
Sementara itu, Indonesia diketahui juga mengimpor produk perikanan dari Jepang. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang 2022, nilai impor produk perikanan dengan kode HS03 mencapai 6.578 ton dengan nilai US$10,7 juta.
Lalu, bagaimana bahaya limbah nuklir tersebut terhadap produk perikanan dari laut Jepang tersebut?
Melansir Bloomberg, Senin (10/7/2023), meskipun Jepang mengeklaim air limbah nuklir yang telah diolah tersebut telah menghilangkan sebagian besar unsur radioaktif, air limbah tersebut masih menyisakan tritium.
Tritium adalah suatu bentuk hidrogen yang memiliki dua neutron ekstra sehingga menjadi radioaktif lemah. Tritium disebut juga dapat terbentuk secara alami di atmosfer dan menjadi produk sampingan yang umum dari pembangkit listrik tenaga nuklir.
Baca Juga
Zat ini dapat bersifat karsinogenik pada tingkat yang tinggi. Partikel beta tritium dapat menumpuk di dalam tubuh jika terhirup atau dikonsumsi.
Namun, menurut Komisi Nuklir Kanada, setidaknya manusia perlu menelan miliaran unit zat ini hingga menimbulkan dampak terhadap kesehatannya.
Adapun, operator PLTN Fukushima, Tepco, berencana melepaskan air limbah nuklir yang telah diproses tersebut pada musim panas ini melalui terowongan bawah laut sepanjang satu kilometer. Tepco menyatakan sebelum dirilis ke laut, air limbah tersebut akan dicampur dengan air laut untuk mengencerkan konsentrasi tritium hingga jauh di bawah pedoman pemerintah Jepang dan Organisasi Kesehatan Dunia.
Pelepasan air limbah nuklir Fukushima tersebut bisa berlangsung selama 40 tahun dan pemerintah Jepang berencana melakukan pemantauan aktivitas radioaktif di wilayah tersebut selama proses pembuangan berlangsung.