Bisnis.com, JAKARTA – Ekonom memperkirakan laju inflasi pada Juli 2023 akan berada pada posisi 3,08 persen secara tahunan atau year-on-year (yoy), akibat kondisi high base effect pada Juli 2022.
Ekonom Senior Bank Mandiri Faisal Rachman mengungkapkan proyeksi tersebut akan semakin mendekati target Bank Indonesia (BI) pada rentang 2 persen hingga 4 persen (yoy).
“Kami memperkirakan bahwa inflasi IHK tahunan akan melanjutkan penurunan dari 3,52 persen [yoy] pada Juni 2023 menjadi 3,08 persen [yoy] pada Juli 2023, mendekati kisaran tengah target,” ujarnya dalam keterangan resmi, Senin (31/7/2023).
Membandingkan dengan kondisi pada Juli 2022, terjadi kenaikan harga bahan bakar non-subsidi, harga LPG non-subsidi (LPG 5,5 kg dan 12 kg), dan tarif listrik untuk pelanggan rumah tangga di atas 3.500 VA. Faisal menyampaikan bahwa hal tersebut yang memicu high base effect.
Di sisi lain, inflasi inti diperkirakan akan terus menurun dari Juni 2023 sebesar 2,58 persen (yoy) menjadi 2,50 persen (yoy) pada Juli 2023.
“Namun, penurunan ini mungkin lebih disebabkan oleh inflasi inti makanan daripada melemahnya permintaan. Harga pangan dan biaya input dari sisi penawaran telah berada dalam tren penurunan,” tambahnya.
Baca Juga
Meski demikian, dirinya melihat bahwa kedepannya permintaan akan tetap kuat, didukung oleh mobilitas masyarakat yang membaik.
Sementara itu, Faisal juga mengantisipasi sedikit peningkatan inflasi pada Juli 2023 menjadi sebesar 0,21 persen secara bulanan (month-to-month/mtm), dari 0,14 persen pada Juni 2023.
Kondisi tersebut mungkin terjadi karena faktor musiman tahun ajaran baru. Untuk inflasi bahan makanan akan tetap berada pada tingkat yang terkendali selama periode ini.
Secara umum, pihaknya memproyeksi inflasi tahun berjalan (year-to-date/ytd) sebesar 1,45 persen, jauh lebih rendah dengan 3,85 persen yang tercatat pada Januari – Juli 2022.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan inflasi Juli 2023 pada Selasa, 1 Agustus 2023.