Bisnis.com, JAKARTA - China tercatat sebagai negara dengan cadangan logam tanah jarang terbesar di dunia. Lantas, negara mana yang menempati posisi kedua untuk logam tanah jarang?
Dilansir dari Reuters pada Selasa (25/7/2023), Vietnam ternyata menjadi negara yang memiliki cadangan logam tanah jarang kedua di dunia setelah China berdasarkan data United States Geological Survey (USGS). Vietnam memiliki cadangan tanah jarang sebesar 22 juta ton.
Vietnam menargetkan untuk meningkatkan produksi logam tanah jarang menjadi 2,02 juta ton per tahun pada 2030. Hal ini berdasarkan rencana pemerintah yang ditinjau oleh Reuters. Vietnam berusaha untuk memanfaatkan salah satu cadangan logam industri utama terbesar di dunia.
"Produksi logam tanah jarang Vietnam melonjak menjadi 4.300 ton pada tahun lalu, dari 400 ton pada 2021," kata USGS dikutip dari Reuters, Selasa (25/7/2023).
Tidak hanya itu, pemerintah Vietnam juga berencana untuk menambah produksi lain yang oleh ekstraksi dari sembilan tambang di provinsi utara Lai Chau, Lao Cai, dan Yen Bai. Informasi tersebut didapat menurut rencana yang ditandatangani oleh Wakil Perdana Menteri Tran Hong Ha pada 18 Juli 2023.
Vietnam akan mengembangkan 3-4 tambang baru setelah tahun 2030, yang bertujuan untuk meningkatkan produksi logam tanah jarang mentah menjadi 2,11 juta ton pada 2050, demikian ditunjukkan oleh dokumen tersebut.
Baca Juga
"Tujuan dari rencana ini adalah agar negara ini dapat mengembangkan industri pertambangan dan pengolahan logam tanah jarang yang tersinkronisasi dan berkelanjutan," tulis dokumen tersebut.
Pemerintah Vietnam akan mempertimbangkan untuk mengekspor sebagian dari hasil pemurnian logam tanah jarang. Namun, hanya perusahaan-perusahaan pertambangan dengan teknologi modern dan ramah lingkungan yang akan diberi lisensi untuk penambangan dan pengolahan.
Logam Tanah jarang adalah sekelompok elemen yang memiliki aplikasi dalam manufaktur elektronik dan baterai, menjadikannya penting untuk transisi global menuju sumber energi yang lebih bersih dan pertahanan.
Selain pertambangan, Vietnam juga akan berusaha untuk berinvestasi di fasilitas pemurnian tanah jarang, dengan target memproduksi 20.000-60.000 ton oksida tanah jarang (REO) per tahun pada 2030.
Rencana ini bertujuan untuk meningkatkan produksi REO tahunan menjadi 40.000-80.000 ton pada 2050.