Bisnis.com, JAKARTA - Ekspor loga tanah jarang dari China merosot lebih dalam pada Mei 2025. Bahan semikonduktor pembuat chip itu mengalami penurunan terdalam untuk pasar Amerika Serikat.
Dikutip dari Bloomberg, Jumat (20/6/2025) logam tanah jarang dan produk yang menggunakan unsur-unsur tersebut telah menjadi pusat perang dagang Amerika Serikat dengan China sejak awal April lalu. Negeri Tirai Bambu telah memberlakukan kontrol ekspor sebagai balasan atas tarif impor tinggi yang dikenakan pada barang-barang Tiongkok.
Kedua negara sejak itu berupaya untuk mengatur ulang hubungan, yang berpuncak pada negosiasi di London pada awal Juni, yang mendorong Presiden AS Donald Trump untuk menyatakan bahwa masalah seputar tanah jarang telah diselesaikan.
China menyumbang sekitar 90% dari produk tanah jarang dunia, yang sebagian besar berupa magnet. Tantangan saat ini menunggu reaksi China apakah kembali mengalirkan pasokan lebih bebas setelah kesepakatan yang dicapai di London.
Data bea cukai Tiongkok pada hari ini (20/6/2025) menunjukkan sejauh mana dampak pada pasokan magnet tanah jarang khususnya, barang yang vital bagi industri teknologi tinggi mulai dari pembuat mobil hingga kontraktor pertahanan.
Kontrol tersebut telah memengaruhi penjualan ke semua negara, dengan total ekspor Tiongkok berkurang sekitar setengahnya pada bulan April, dan kemudian berkurang setengahnya lagi pada bulan Mei, menjadi 1.238 ton.
Baca Juga
Itu berarti sekitar US$60 juta. Ini adalah nilai ekspor terendah sejak 2015, kecuali Februari 2020 saat pandemi Covid-19 menyerang.
Porsi AS berdasarkan volume pada bulan Mei hanya 46 ton, kurang dari sepersepuluh magnet yang diimpornya pada bulan Maret. Negara-negara lain termasuk Vietnam, yang menjadi tuan rumah bagi sejumlah perusahaan Tiongkok, dan Jerman melihat pasokan mereka bertahan jauh lebih baik. Kedua negara tersebut menjadi tujuan utama bulan lalu, masing-masing menyumbang 19% dan 17% penjualan.