Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

MRT Jakarta Kaji Peluang Proyek Lebak Bulus-Serpong Dibiayai Swasta

MRT Jakarta kaji proyek Lebak Bulus-Serpong dengan pembiayaan swasta penuh untuk kurangi ketergantungan anggaran pemerintah, percepat pembangunan.
Rangkaian kereta moda raya terpadu (MRT) melintas di Jakarta, Minggu (26/5/2024). MRT Jakarta tercatat telah mengangkut sebanyak 11,66 juta orang sepanjang tahun berjalan 2024/JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Rangkaian kereta moda raya terpadu (MRT) melintas di Jakarta, Minggu (26/5/2024). MRT Jakarta tercatat telah mengangkut sebanyak 11,66 juta orang sepanjang tahun berjalan 2024/JIBI/Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Ringkasan Berita
  • PT MRT Jakarta sedang mengkaji kemungkinan pembangunan jalur Lebak Bulus-Serpong dengan pembiayaan swasta penuh untuk mengurangi ketergantungan pada anggaran pemerintah.
  • Perusahaan telah menandatangani nota kesepahaman dengan Sinar Mas Land untuk melakukan studi kelayakan terkait pembiayaan 100 persen oleh sektor swasta.
  • MRT Jakarta juga mempertimbangkan skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) dan berupaya mengoptimalkan pendapatan non-tiket untuk mengurangi subsidi pemerintah.

* Ringkasan ini dibantu dengan menggunakan AI

Bisnis.com, JAKARTA - PT MRT Jakarta (Perseroda) sedang mengkaji kemungkinan pembangunan jalur dari Lebak Bulus ke Serpong dengan skema pembiayaan swasta penuh sebagai bagian dari strategi perusahaan untuk mengurangi ketergantungan pada anggaran pemerintah. 

Direktur Pengembangan Bisnis PT MRT Jakarta (Perseroda) Farchad Mahfud dalam "MRTJ Fellowship Program 2025" di Jakarta, Kamis, mengatakan, perusahaan telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Sinar Mas Land pada 24 Juli 2025.

MoU ini bertujuan untuk melakukan studi kelayakan guna memastikan apakah proyek tersebut dapat dibiayai 100 persen oleh sektor swasta.

Jika studi menunjukkan hasil positif, skema ini diharapkan dapat mempercepat pembangunan dan meringankan beban keuangan negara.

"Kami tidak ingin melulu [bergantung pada pembiayaan pemerintah]. Kami menantang diri kami sendiri untuk bisa, misalnya, apakah bisa [pembiayaan] dengan swasta 100 persen," kata Farchad.

Farchad menjelaskan bahwa meskipun kebutuhan akan transportasi publik berkualitas sangat tinggi, pemerintah memiliki keterbatasan anggaran. Karena itu, skema pembiayaan inovatif menjadi kunci.

Selain pembiayaan swasta penuh, MRT juga mempertimbangkan skema Kerja Sama Pemerintah dengan Badan Usaha (KPBU) sebagai opsi untuk mempercepat pengembangan.

Untuk mewujudkan ambisi tersebut, Farchad menuturkan MRT Jakarta memiliki beberapa strategi utama. Pertama, perusahaan secara aktif berkoordinasi dengan pemerintah pusat dan daerah untuk mengkomunikasikan niat dan ide-idenya sehingga mendapatkan dukungan yang diperlukan.

Kedua, MRT melakukan asesmen internal berdasarkan pengalaman operasional dan pembangunan sebelumnya untuk mengidentifikasi area-area yang bisa ditingkatkan kelayakannya.

Tujuan utama dari strategi ini adalah agar proyek dapat diselesaikan dengan cepat dan efisien dari sisi biaya, mengurangi kontribusi pemerintah dalam pembiayaan. Langkah ini sejalan dengan praktik yang banyak diterapkan di luar negeri.

Pada kesempatan yang sama, Pelaksana Tugas (Plt) Corporate Secretary Division Head PT MRT Jakarta (Perseroda) Ahmad Pratomo mengatakan, skema pembiayaan untuk MRT Fase 1 (Lebak Bulus-Bundaran HI) dan Fase 2A (Bundaran HI-Kota) masih menggunakan dana pinjaman dari Japan International Cooperation Agency (JICA) melalui skema "three sub-level agreement".

Dalam skema ini, pengembalian pinjaman ditanggung oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan pemerintah pusat, sementara MRT Jakarta hanya bertindak sebagai pelaksana proyek.

Sementara itu, pendapatan yang diperoleh dari penjualan tiket dan sumber non-tiket lainnya digunakan untuk memenuhi kebutuhan finansial internal dan operasional perusahaan.

Saat ini pendapatan MRT Jakarta masih ditopang oleh subsidi pemerintah, namun perusahaan terus berupaya mengoptimalkan pendapatan non-tiket, seperti dari iklan dan pengembangan properti, untuk menekan biaya operasional dan mengurangi ketergantungan pada subsidi.

"Alhamdulillah dengan skema bisnis yang MRT jalankan saat ini sudah bisa pelan-pelan mengurangi subsidi yang diberikan oleh pemerintah," ujar Ahmad.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Newswire
Sumber : Antara
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro