Bisnis.com, TANGERANG — Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengungkapkan bahwa pemerintah meminta proyek LNG Abadi Blok Masela dapat on stream pada 2029, selepas 35 persen hak partisipasi Shell Upstream Overseas Services (I) Limited (SUOS) resmi diakuisisi oleh konsorsium Pertamina dan Petronas.
Hari ini, Selasa (25/7/2023), PT Pertamina (Persero) melalui PT Pertamina Hulu Energi (PHE), telah menandatangani perjanjian jual beli untuk akuisisi kepemilikan Shell di Blok Masela. Dalam akuisisi ini, PHE bekerja sama dengan Petronas melalui Petronas Masela Sdn. Bhd. dengan porsi kepemilikan Pertamina 20 persen dan Petronas 15 persen.
Target on stream yang diminta pemerintah itu lebih cepat 2 tahun dari proposal terakhir yang disampaikan operator Blok Masela, Inpex Masela Ltd dan Shell pada rentang tahun 2031 sampai dengan 2032 selepas revisi rencana pengembangan lapangan (PoD) pemasangan fasilitas penangkapan dan penyimpanan (CCS) yang disampaikan April 2023.
“Harapannya pemerintah, mulai on stream 2029, jadi tentu tantangan luar biasa kalau dari jadwal awal Inpex dan Shell itu mereka target 2031 sampai dengan 2032,” kata Nicke saat ditemui di sela-sela agenda IPA Convex, BSD Tangerang, Selasa (25/7/2023).
Selepas akuisis hak pengelolaan Shell itu, Nicke mengatakan, perseroannya tengah berkoordinasi intensif bersama dengan Inpex dan Petronas untuk mempercepat upaya pengerjaan ladang gas terbesar di Indonesia yang telah lama terbengkalai tersebut.
“Kami melakukan upaya bersama dengan Inpex dan Petronas dan pemerintah untuk bersama-sama mengakselerasi proyek ini agar segera bisa dimanfaatkan untuk kebutuhan gas dalam negeri,” ujar dia.
Baca Juga
Berdasarkan pernyataan resmi Shell, nilai divestasi 35 persen hak pengelolaan SUOS itu dilepas dengan harga sebesar US$650 juta setara dengan Rp9,75 triliun (asumsi kurs Rp15.002 per dolar AS).
Rencananya transaksi divestasi itu bakal dilunasi lewat dua termin permbayaran, yakni US$325 juta secara tunai dan tambahan US$325 juta akan dilunasi konsorsium Pertamina dan Petronas saat final investment decision (FID) yang ditarget rampung pada triwulan ketiga tahun ini.
“Sebelum final investment decision kami harus menyelesaikan dulu front end engineering design (FEED), kami harapkan tahun 2026 itu sudah ditandatangani sebelum itu FID-nya dan itu langsung kami jalankan,” tutur Nicke.
Adapun, Blok Masela merupakan salah satu prospek ladang migas terbesar di Indonesia. Produksinya diestimasikan dapat mencapai 1.600 juta kaki kubik per hari (MMscfd) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun MTPA dan gas pipa 150 MMscfd, serta 35.000 barel kondensat per hari (bcpd).
Proyek yang diperkirakan menelan biaya investasi hingga US$19,8 miliar itu menjadi aset pengelolaan gas terbesar kedua dari Inpex, setelah Ichthys LNG Project di Australia. Proyek Blok Abadi Masela itu bakal menutupi lebih dari 10 persen kebutuhan impor LNG tahunan Jepang nantinya. Di sisi lain, proyek itu juga diharapkan dapat menjaga ketahanan pasokan energi di Indonesia, Jepang, dan beberapa negara Asia lainnya.