Bisnis.com, TANGERANG — Konsorsium PT Pertamina (Persero) resmi mengambil alih 35 persen hak partisipasi atau participating interest (PI) Shell Upstream Overseas Services (I) Limited (SUOS), anak usaha Shell plc di proyek LNG Abadi Blok Masela.
Berdasarkan pernyataan resmi Shell, nilai divestasi 35 persen hak pengelolaan SUOS itu dilepas dengan harga sebesar US$650 juta setara dengan Rp9,75 triliun (asumsi kurs Rp15.002 per dolar AS) kepada Pertamina yang menggandeng perusahaan migas raksasa Malaysia, Petroliam Nasional Berhad atau Petronas sebagai mitra konsorsium.
Lewat konsorsium ini, Pertamina melalui PT Pertamina Hulu Energi (PHE) bakal memiliki 20 persen hak partisipasi Blok Masela, sementara Petronas 15 persen.
“Signing Shell Abadi Masela salah satunya yang tergantung mengenai divestasi sudah selesai alhamdullilah, nanti sore juga kita akan saksikan signing mengenai IDD, Eni dan Chevron mudah mudahan semuanya sebelum 17 Agustus sudah bisa diselesaikan,” kata Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto saat ditemui di sela sela agenda IPA Convex, BSD Tangerang, Selasa (25/7/2023).
Rencananya transaksi divestasi itu bakal dilunasi lewat dua termin permbayaran, yakni US$325 juta secara tunai dan tambahan US$325 akan dilunasi konsorsium Pertamina dan Petronas saat final investment decision (FID) yang ditarget rampung pada triwulan ketiga tahun ini.
Adapun, Shell plc melaporkan transaksi efektif sudah berjalan pada Januari 2023. Shell menargetkan transaksi divestasi itu rampung tahun ini seiring dengan upaya perusahaan untuk mengalihkan alokasi investasi di sisi hulu migas.
Baca Juga
“Harapannya [setelah signing] proyeknya segera jalan lagi dan selesai, kan proyeknya tertunda,” kata dia.
Seperti diberitakan sebelumnya, Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati mengatakan, perseroan memiliki kepentingan untuk segera mengambilalih aset yang telah lama terbengkalai itu sebagai upaya untuk meningkatkan nilai kapitalisasi atau market cap perusahaan migas pelat merah tersebut saat ini.
Selain itu, kata Nicke, penyelesaian proses ambilalih hak pengelolaan itu diharapkan ikut meningkatkan penerimaan negara serta daerah sekitar nantinya.
“Yang harus segera kita finalkan itu Blok Masela, giant block ini bisa segera dengan masuknya Pertamina, komitmen kami sesegera mungkin bisa mengembangkannya agar gas di dalam perut bumi ini bisa dimonetisasi,” kata Nicke dalam media briefing capaian kinerja 2022 Pertamina, Jakarta, Selasa (6/6/2023).
Adapun, Blok Masela merupakan salah satu prospek ladang migas terbesar di Indonesia. Produksinya diestimasikan dapat mencapai 1.600 juta kaki kubik per hari (MMscfd) gas atau setara 9,5 juta ton LNG per tahun MTPA dan gas pipa 150 MMscfd, serta 35.000 barel kondensat per hari (bcpd).
Proyek yang diperkirakan menelan biaya investasi hingga US$19,8 miliar itu menjadi aset pengelolaan gas terbesar kedua dari Inpex, setelah Ichthys LNG Project di Australia. Proyek Blok Abadi Masela itu bakal menutupi lebih dari 10 persen kebutuhan impor LNG tahunan Jepang nantinya. Di sisi lain, proyek itu juga diharapkan dapat menjaga ketahanan pasokan energi di Indonesia, Jepang, dan beberapa negara Asia lainnya.