Bisnis.com, JAKARTA — Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyampaikan rencana PT Pertamnina (Persero) untuk membangun kilang minyak di negara bagian Timur Afrika, Kenya. Rencana itu diketahui berasal dari undangan yang disampaikan pemerintah setempat kepada Pertamina.
“Jadi Pertamina akan masuk diminta Kenya membangun kilang minyak di sana, jadi captive cara mereka,” kata Luhut selepas mengadakan rapat bersama dengan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati di Kemenko Marves, Jakarta, Jumat (23/6/2023).
Nantinya, kata Luhut, Pertamina bakal dapat menerima bagian minyak dari hasil investasi yang masif di infrastruktur pengilangan di negara tersebut. Dengan demikian, kata dia, kebutuhan impor minyak Indonesia yang terbilang besar saat ini dapat makin susut lewat kerja sama tersebut.
“Ada peluang membawa minyak mentahnya ke Indonesia,” kata dia.
Hanya saja, dia belum dapat menyampaikan ihwal potensi volume bagian minyak mentah yang dapat diterima Pertamina pada investasi kilang tersebut. Dia beralasan hitung-hitungan teknis ihwal rencana investasi tersebut masih dimatangkan saat ini.
“Tadi kita masih finalisasi. Masih ada ketemu lagi besok,” kata dia.
Baca Juga
Seperti diberitakan sebelumnya, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) melaporkan impor minyak mentah Indonesia sepanjang 2021 mencapai 286,03 ribu barel minyak per hari (Mbopd).
Direktur Jenderal Minyak dan Gas Kementerian ESDM Tutuka Ariadji memaparkan bahwa produksi minyak mentah dalam negeri saat itu sebenarnya mencapai 658,52 Mbopd. Namun, hanya 538,61 Mbopd yang diolah di kilang dalam negeri.
Pasalnya, sebanyak 119,91 Mbopd produksi minyak mentah yang menjadi bagian dari kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) diekspor. Konsekuensinya, pemerintah mesti menambal kekurangan dengan impor minyak mentah sebesar 286,03 Mbopd.
“Ekspornya bukan bagian kita, ada bagian punya KKKS, kalau bagian pemerintah besarannya 85 : 15, 55-nya untuk pemerintah tapi kan dikurangi dulu dengan cost recovery,” kata Tutuka saat rapat dengar pendapat dengan komisi VII di DPR, Jakarta, Kamis (8/12/2022).
Biasanya, dia mengatakan, ekspor minyak mentah bakal dilakukan saat produk yang dihasilkan memiliki kualitas dan kuantitas yang baik. Dengan demikian, harga minyak mentah itu cenderung lebih mahal jika dibandingkan dengan barang impor.
“Kecenderungan seperti itu, jadi kita punya antara Minas dan Duri berbeda kualitasnya. Minas cenderung bagus IPA-nya, Duri atau yang Jati Barang di Pertamina cenderung jelek-jelek,” kata dia.
Adapun, total produksi bahan bakar minyak (BBM) kilang dalam negeri pada 2021 tercatat mencapai 808,89 Mbopd. Total produksi ini tak cukup untuk memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. Konsekuensinya, pemerintah mesti melakukan impor BBM jenis gasoline dan gasoil masing-masing mencapai 321,59 Mbopd dan 55,34 Mbopd.