Bisnis.com, JAKARTA — Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai ekspor bahan bakar mineral yang mencakup batu bara dari Indonesia ke China meningkat secara bulanan.
Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS Imam Machdi menuturkan nilai ekspor nonmigas ke China pada Maret 2023 mencapai US$637,2 juta, tumbuh 12,66 persen month-to-month (mtm). Nilai ini menjadi yang tertinggi dibandingkan negara-negara lain.
Perolehan tersebut membuat neraca dagang antara Indonesia dengan China mengalami surplus sebesar US$0,91 miliar.
“Surplus ini didorong oleh utamanya komoditas dari bahan bakar mineral atau batu bara,” ujarnya dalam konferensi pers yang dipantau secara daring, Senin (17/4/2023).
Berdasarkan data BPS, China merupakan negara tujuan ekspor nonmigas terbesar dengan nilai US$5,67 miliar per Maret 2023. Nilai tersebut membuat China menduduki peringkat pertama sebagai negara dengan pangsa pasar ekspor nonmigas terbesar yakni 25,58 persen.
Selanjutnya, Amerika Serikat (AS) menjadi negara tujuan ekspor nonmigas terbesar kedua dengan nilai ekspor US$1,97 miliar dan pangsa sebesar 8,88 persen.
Baca Juga
Pada posisi ketiga ada Jepang dengan nilai ekspor nonmigas sebesar US$1,78 miliar per Maret 2023 dan menggenggam share 8,04 persen. India bercokol di peringkat keempat lewat catatan nilai ekspor nonmigas sebesar US$1,70 miliar serta pangsa pasar 7,67 persen.
BPS dalam laporannya menyebutkan total nilai ekspor Indonesia pada Maret lalu mencapai US$23,5 miliar atau meningkat 9,89 persen secara bulanan. Namun, secara tahunan atau year-on-year (yoy), perolehan ini terkontraksi 11,33 persen.
Imam menjelaskan bahwa meningkatnya ekspor Indonesia secara bulanan salah satunya ditopang oleh kenaikan sektor nonmigas yang mencapai 9,71 persen mtm, atau dari posisi US$20,19 miliar menjadi US$22,15 miliar.
Kenaikan kinerja ekspor nonmigas secara bulanan sediktinya ditopang oleh 5 komoditas. Pertama adalah bahan bakar mineral (HS 27) yang meraup nilai ekspor US$568,8 juta atau tumbuh 14,29 persen mtm.
Komoditas kedua merupakan logam mulia dan perhiasan (HS 71) yang membukukan nilai ekspor US$528,4 juta, melesat 93,04 persen mtm.
Ketiga komoditas bijih logam, perak, dan abu (HS 26) dengan ekspor senilai US$218,8 juta, naik 52,28 persen mtm. Keempat adalah besi dan baja (HS 72) yang mencatatkan nilai ekspor US$141,9 juta dengan pertumbuhan sebesar 6,59 persen mtm.
Sementara itu, komoditas penopang kelima merupakan mesin dan peralatan mekanis serta bagiannya (HS 84) yang mengantongi nilai ekspor US$97,9 juta atau naik 19,48 persen mtm.