Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonomi Global Lemah, Eksportir China Teriak Bisnis Merugi

Eksportir China kini mencatat penurunan permintaan serta tidak berniat berinvestasi untuk peningkatan jalur produksi di tahun ini.
Manufaktur China/Reuters
Manufaktur China/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan eksportir China mengatakan bahwa ekonomi global yang lemah merugikan bisnis mereka, sehingga harus menahan investasi dan memangkas pengeluaran, khususnya tenaga kerja.

Pada bulan Maret 2023, terjadi lonjakan ekspor China yang tidak terduga. Hal ini dikarenakan para eksportir yang mengejar pesanan yang sudah tertunda akibat pembatasan Covid-19 tahun lalu, bukan dikarenakan pemulihan ekonomi. 

Selain itu, China juga diketahui tiba-tiba mencabut dan membuka pembatasan dikarenakan suku bunga yang meningkat tajam di Amerika Serikat dan Eropa, yang turut menekan permintaan barang-barang buatan China.

Dilansir dari Reuters pada Senin (17/4/2023) salah satu eksportir dalam Carton Fair di Selatan kota Guangzhou, China, Kris Lin, mengatakan sejauh ini pesanan tahun ini turun 30 persen dari tahun lalu.

Perwakilan dari produsen lampu Natal Taizhou Hangjie Lamps ini mengatakan bahwa biaya listrik kini lebih tinggi akibat perang Ukraina, membuat permintaan produknya menjadi berkurang.

Selain itu, Lin juga mengandalkan pekerja kontrak. Jika pesanan tahun ini melemah, maka Lin menghentikan kontrak pekerja lebih awal. 

"Kesulitan tahun lalu berasal dari gangguan logistik dan produksi, namun pemerintah daerah membantu menyelesaikan masalah tersebut. Itu adalah masalah internal. Saat ini yang kami hadapi adalah masalah eksternal. Kami tidak bisa menyelesaikannya," kata Lin.

Huang Qinqin, direktur penjualan di produsen kipas angin Zhong Shan Shi Limaton Electronics  juga memiliki pemikiran serupa setelah pesanan berkurang setengahnya pada kuartal I/2023. Para pekerja juga akan datang ketika ada pesanan. 

Seorang perwakilan produsen alat cukur dari kota timur Ningbo mengatakan bahwa perusahaan telah memberhentikan pekerja dan akan menurunkan harga jika pesanan tidak membaik. 

Memburuknya prospek pekerja di industri manufaktur dapat menimbulkan kekhawatiran di pemerintah China, yang menargetkan 12 juta pekerjaan baru di seluruh China tahun ini. Target tersebut naik dari tahun lalu yang sebesar 11 juta. 

Selain itu, lusinan pemasok China mengatakan bahwa mereka tidak berniat menghabiskan banyak uang untuk meningkatkan jalur produksi tahun ini, mengingat lemahnya permintaan.

Manajer perdagangan asing di produsen soket Qinjia Electric, Vicky Chen, juga mengatakan tidak mengharapkan peningkatan penjualan yang besar dalam pameran ini.

"Seluruh ekonomi global sedang buruk saat ini, dan adil tidak akan mengubah itu." tutur Chen. 


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper