Bisnis.com, JAKARTA — Greenpeace Indonesia menilai program pemerintah yakni lumbung pangan atau food estate merupakan bentuk dari serakahnomics. Pasalnya, program ini mengambil lahan masyarakat dalam skala yang sangat besar.
Untuk diketahui, Presiden Prabowo Subianto dalam pidato Kenegaraannya pada Jumat (15/8/2025) mengatakan pemerintah memastikan rakyat Indonesia tidak menjadi korban serakahnomics. Korban serakahnomics ini merupakan korban para pengusaha yang mengejar keuntungan sebesar-besarnya dengan menipu dan mengorbankan rakyat Indonesia.
“Kami pastikan rakyat Indonesia tidak menjadi korban serakahnomics - korban para pengusaha yang mengejar keuntungan sebesar-besarnya dengan menipu dan mengorbankan rakyat Indonesia,” tegas Prabowo.
Juru Kampanye Greenpeace Indonesia Iqbal Damanik mengatakan program food estate telah mengambil semua lahan-lahan pertanian sehingga petani lokal justru tersingkir dari lahannya sendiri.
“Food estate adalah bentuk dari serakahnomics. Jadi Pak Prabowo adalah serakahnomics itu sendiri. Kenapa? Karena itu land grabbing, mengambil lahan dalam skala yang sangat besar. Itu serakah,” ujarnya dalam acara Respons Masyarakat Sipil atas Pidato Kenegaraan pada HUT RI ke-80, Sabtu (16/8/2025).
Di sisi lain, Iqbal juga menyinggung pernyataan Prabowo Subianto yang mengklaim bahwa para petani tersenyum karena harga gabah stabil dan penghasilan mereka meningkat. Dia mempertanyakan pernyataan tersebut karena program food estate di sejumlah daerah seperti Sumatra dan Papua banyak mengalami kegagalan. Selain itu, program food estate sangat bertentangan dengan nilai-nilai petani.
Baca Juga
“Kenapa? Karena yang tadinya petani dibangun dengan tidak dalam konteks industrial, food estate membangun di dalam konteks industrial sehingga petani akhirnya menjadi pekerja yang tidak dikontrak bahkan,” katanya.
Oleh karena itu, dia meragukan Kepala Negara memiliki penglihatan yang jernih terhadap situasi sosial ekonomi nasional dan tidak mendengarkan situasi nyata di lapangan.
“Saya meragukan bahwa Pak Prabowo memiliki penglihatan yang jernih terhadap situasi sosial ekonomi kita dan dia tidak mendengarkan situasi yang benar-benar nyata atau jujur,” ucap Iqbal.