Bisnis.com, JAKARTA – Badan Pusat Statistik (BPS) mengungkapkan penyebab merosotnya kinerja ekspor Indonesia yang anjlok sebesar 11,33 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi US$23,5 miliar pada Maret 2023.
Deputi Bidang Metodologi dan Informasi Statistik BPS Imam Machdi menyampaikan turunnya ekspor Indonesia pada Maret lalu disebabkan sektor industri pengolahan, yang mengalami kontraksi sebesar 13,67 persen yoy.
“Penurunan ini memang antara lain disebabkan oleh sektor industri pengolahan yang memberikan kontribusi utama,” ujarnya dalam konferensi pers, Senin (17/4/2023).
Imam mengatakan bahwa penurunan di sektor industri pengolahan merupakan yang terdalam. Hal ini dikarenakan komponen dalam industri tersebut, yakni kelapa sawit mengalami stagnasi dalam nilai indeks komoditas.
“Hal ini juga dipengaruhi oleh kemampuan produksi atau demand dari negara-negara lain, maka dengan demikian industri pengolahan ini akan memberikan pengaruh yang cukup signifikan, terutama yang kita lihat dari komponen kelapa sawit,” tuturnya.
Selain industri pengolahan, BPS mencatat sektor lain dengan penurunan ekspor terdalam adalah pertanian, kehutanan, dan perikanan yang terkontraksi 12,03 persen yoy pada Maret 2023.
Baca Juga
Adapun, sektor migas mencatatkan penurunan sebesar 4,76 persen yoy pada Maret lalu, sedangkan ekspor di sektor tambang dan lainnya merosot 4,63 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Meski demikian, secara bulanan atau month-to-month (mtm), kinerja ekspor Indonesia masih membukukan kenaikan sebesar 9,89 persen pada Maret 2023.
Perinciannya, nilai ekspor migas mencapai US$1,34 miliar atau naik 12,79 persen secara mtm, sementara ekspor nonmigas meraup US$22,16 miliar, meningkat 9,7 persen secara bulanan.
Imam menjelaskan bahwa kenaikan ekspor migas ditopang oleh minyak mentah yang meningkat 54,24 persen mtm dan hasil minyak naik sebesar 28,12 persen secara bulanan.
Sementara itu, kenaikan ekspor nonmigas dikontribusikan oleh sejumlah komoditas, antara lain bahan bakar mineral yang meningkat 14,29 persen mtm, logam mulia dan perhiasan melesat 93,04 persen mtm, serta bijih logam, perak, dan abu melonjak 52,28 persen mtm.