Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pinjaman CDB Tembus US$560 Juta untuk Kereta Cepat, Luhut: Indonesia Sanggup Lunasi!

Pinjaman dari CDB tersebut akan digunakan untuk membayar sebagian dari total pembengkakan biaya (cost overrun) proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung.
Foto udara proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di kawasan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (6/2/2023). Bisnis/Rachman
Foto udara proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) di kawasan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Senin (6/2/2023). Bisnis/Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menegaskan kemampuan Indonesia dalam melunasi pokok dan bunga pinjaman dari China Development Bank (CDB). Pinjaman dari CDB tersebut akan digunakan untuk membayar sebagian dari total pembengkakan biaya (cost overrun) proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung.

Hal tersebut diungkapkannya dalam konferensi pers di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Senin (10/4/2023).

Luhut memastikan Indonesia akan sanggup untuk membayar pokok dan bunga pinjaman dari CDB yang disepakati senilai US$560 juta atau Rp8,34 triliun dengan asumsi kurs US$1= Rp14.900. Luhut mengatakan besaran bunga pinjaman yang ditawarkan oleh China saat ini adalah sebesar 3,4 persen dari sebelumnya 4 persen.

Luhut juga menegaskan kesanggupan Indonesia dalam melunasi pinjaman tersebut jika nantinya besaran bunga yang disepakati tidak mencapai target yang diinginkan pemerintah di kisaran 2 persen.

“Tidak ada masalah untuk pembayaran pinjaman. Kalian jangan meng-underestimate (meremehkan) Indonesia,” ujar Luhut.

Menurutnya, kemampuan untuk membayar pinjaman dari China tersebut didukung oleh pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini seiring dengan transformasi dan efisiensi yang terjadi pada semua aspek perekonomian.

Luhut mencontohkan, penerimaan pajak Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang optimal. Pertumbuhan ini merupakan hasil dari transformasi dan efisiensi yang dilakukan pemerintah Indonesia dari aspek pengelolaan perpajakan.

Adapun, Luhut menargetkan negosiasi terkait pinjaman ini dapat diselesaikan dalam beberapa pekan ke depan.

Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Pertambangan dan Investasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto mengatakan besaran bunga yang ditawarkan oleh China saat ini berada di bawah imbal hasl (yield) obligasi pemerintah AS atau US Treasury dengan tenor 30 tahun.

“Kalau dilihat sekarang, penawaran bunga dari China itu lebih rendah sekitar 0,2 persen dari yield obligasi pemerintah AS tenor 30 tahun,” tambahnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Kahfi
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper