Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Panjaitan menegaskan kemampuan Indonesia dalam melunasi pokok dan bunga pinjaman dari China Development Bank (CDB). Pinjaman dari CDB tersebut akan digunakan untuk membayar sebagian dari total pembengkakan biaya (cost overrun) proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung.
Hal tersebut diungkapkannya dalam konferensi pers di Gedung Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Jakarta, Senin (10/4/2023).
Luhut memastikan Indonesia akan sanggup untuk membayar pokok dan bunga pinjaman dari CDB yang disepakati senilai US$560 juta atau Rp8,34 triliun dengan asumsi kurs US$1= Rp14.900. Luhut mengatakan besaran bunga pinjaman yang ditawarkan oleh China saat ini adalah sebesar 3,4 persen dari sebelumnya 4 persen.
Luhut juga menegaskan kesanggupan Indonesia dalam melunasi pinjaman tersebut jika nantinya besaran bunga yang disepakati tidak mencapai target yang diinginkan pemerintah di kisaran 2 persen.
“Tidak ada masalah untuk pembayaran pinjaman. Kalian jangan meng-underestimate (meremehkan) Indonesia,” ujar Luhut.
Menurutnya, kemampuan untuk membayar pinjaman dari China tersebut didukung oleh pesatnya pertumbuhan ekonomi Indonesia dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya. Hal ini seiring dengan transformasi dan efisiensi yang terjadi pada semua aspek perekonomian.
Baca Juga
Luhut mencontohkan, penerimaan pajak Indonesia terus mengalami pertumbuhan yang optimal. Pertumbuhan ini merupakan hasil dari transformasi dan efisiensi yang dilakukan pemerintah Indonesia dari aspek pengelolaan perpajakan.
Adapun, Luhut menargetkan negosiasi terkait pinjaman ini dapat diselesaikan dalam beberapa pekan ke depan.
Sementara itu, Deputi Bidang Koordinasi Pertambangan dan Investasi Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Septian Hario Seto mengatakan besaran bunga yang ditawarkan oleh China saat ini berada di bawah imbal hasl (yield) obligasi pemerintah AS atau US Treasury dengan tenor 30 tahun.
“Kalau dilihat sekarang, penawaran bunga dari China itu lebih rendah sekitar 0,2 persen dari yield obligasi pemerintah AS tenor 30 tahun,” tambahnya.