Bisnis.com, JAKARTA - PT Pertamina (Persero) dan subholding logistiknya, PT Pertamina International Shipping, dikabarkan tengah mencari pinjaman luar negeri senilai US$700 juta atau sekitar Rp11,36 triliun (asumsi kurs Rp16.236 per US$) untuk pembuatan kapal.
Melansir Bloomberg, Kamis (3/7/2025), menurut sumber yang enggan disebutkan namanya, Pertamina telah mengirimkan permintaan proposal kepada sejumlah bank dalam beberapa pekan terakhir untuk mendapatkan pinjaman dengan tenor sekitar 10 tahun. Pertamina dan Pertamina International Shipping akan menjadi peminjam dalam fasilitas kredit yang diajukan tersebut.
Sumber tersebut menyebut bahwa diskusi dengan para pemberi pinjaman masih dalam tahap awal dan detail kesepakatan kemungkinan masih dapat berubah.
Ketika ditanya mengenai pinjaman tersebut, Corporate Secretary Pertamina International Shipping (PIS) Muhammad Baron mengatakan bahwa PIS sedang mencari dana untuk mendukung rencana investasi armadanya guna memperkuat layanan logistiknya dan mendorong pertumbuhan bisnis. Namun, dia tak menjelaskan lebih lanjut terkait perihal tersebut.
Adapun, Pertamina International Shipping terakhir kali mendapatkan pinjaman sindikasi sebesar US$185 juta pada Februari 2023. Sementara itu, subholding upstream Pertamina, PT Pertamina Hulu Energi pekan lalu menandatangani pinjaman bergulir senilai US$1,2 miliar.
Sementara itu, berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg, pasar keuangan Indonesia baru-baru ini bangkit kembali setelah beberapa bulan tertekan, dengan dana global memborong obligasi pemerintah senilai US$1,5 miliar pada Mei 2025. Pinjaman sindikasi luar negeri dari Indonesia juga meningkat dalam beberapa minggu terakhir, yang berpotensi menandai kebangkitan setelah periode aktivitas yang lesu.
Baca Juga
Badan Pengelola Investasi Danantara baru-baru ini mengirimkan proposal kepada sejumlah bank untuk fasilitas pinjaman multicurrency senilai US$10 miliar, yang bisa menjadi pinjaman terbesar di Asia Tenggara.
Sementara itu, Kementerian Keuangan Indonesia sedang memasarkan fasilitas senilai €252,8 juta (US$299 juta), sebuah contoh yang jarang terjadi di mana badan pemerintah memanfaatkan pasar sindikasi.
Berdasarkan data yang dihimpun Bloomberg, volume pinjaman dalam mata uang dolar AS, euro, dan yen dari Indonesia merosot 27% menjadi US$3,9 miliar sepanjang tahun 2025 berjalan dibandingkan periode yang sama tahun lalu.